Sosok Sitti Erni, Kartini Masa Kini yang Membawa Tenun Masalili Menembus Istana Kepresidenan

590
Sitti Erni, penenun asal Desa Masalili menunjukkan contoh kain Tenun Masalili kepada jurnalis Lenterasultra.com di Toko Anisa Tenun miliknya. Sitti Erni layak disebut Kartini masa kini karena berjuang merawat tenun warisan leluhur Muna agar tetap lestari. Foto : Ode

 

RAHA, LENTERASULTRA.COM – Kisah heroisme R.A Kartini, tokoh emansipasi perempuan Indonesia selalu diperingati setiap 21 April. Kisah heroisme serupa ternyata juga masih banyak dijumpai pada perempuan masa kini. Di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, perempuan yang layak disebut Kartini masa kini salah satunya ialah Sitti Erni, penenun yang karyanya berhasil menembus Istana Kepresidenan.

Sitti Erni, merupakan perempuan yang sehari – hari bekerja sebagai penenun di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Muna. Ia pernah membuat bangga penenun di desanya juga masyarakat Muna dan Sulawesi Tenggara saat Peringatan Hari Pers Nasional tahun 2022 yang dipusatkan di Kota Kendari.

Dalam momen itu, Presiden RI, Joko Widodo membuka peringatan HPN secara virtual dari Istana Kepresidenan di Bogor dengan mengenakan setelah kemeja yang terbuat dari tenun Masalili. Hasil karya Sitti Erni. Selain Presiden, kain tenunan tangan Sitti Erni juga dikenakan Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI dan sejumah menteri dan Gubernur yang hadir langsung di Kendari.

Kain tenun Masalili karya Siti Erni yang dikenakan Presiden dan pejabat VVIP negara saat itu bermotif roobu dan bintang. Roobu ialah sebutan lokal untuk rebung (bambu muda) yang dikonsumsi masyarakat Muna sejak dulu.

“Pokoknya sangat bangga dan menjadi kehormatan untuk penenun Masalili bisa dipakai Presiden,” ujarnya mengenang momen 9 Februari 2022 lalu itu.

 

Presiden RI, Joko Widodo mengenakan kemeja berbahan tenun Masalili yang dibuat Sitti Erni saat membuka momen HPN 2022 secara virtual di Istana Kepresidenan, Bogor. Foto : Istimewa

 

Bukan kali pertama Sitti Erni menghasilkan tenun Masalili yang mencuri perhatian publik. Tahun 2019 lalu, karya tenunnya ikut dipamerkan di Moskow, Rusia oleh Dewan Kerajinan Nasional Kabupaten Muna yang bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Kedutaan RI untuk Rusia. Bahkan teranyar, tenun Masalili buatannya ikut dipamerkan oleh Dekranasda Kab. Muna dalam Indonesia Fashion Show di Jakarta Convention Center, 13 – 17 April 2022.

Related Posts

KPU Muna Fasilitasi Alat Peraga Kampanye Paslon

Sekda Muna Bantah Ada Intevensi ASN di Pilkada

KPU Tetapkan Lima Zona Kampanye Pilkada Muna

PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

Selain itu, Sitti Erni juga pernah meraih juara empat dalam lomba desain motif tenun yang diselenggarakan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara belum lama ini. Erni menciptakan motif baru yang terinspirasi dari permainan anak kecil jaman dulu.

“Kalau menciptakan motif sudah banyak. Kalau saya, inspirasinya dari permainan jaman dulu yang hampir punah. Sekarang kan anak – anak lebih banyak main game HP, saya ingin nanti permainan jaman dulu bisa diingat lewat tenun,” jelasnya.

Sitti Erni sehari – harinya bekerja sebagai penenun sekaligus menjajakan sendiri hasil tenunannya di Anisa Tenun, sebuah toko kecil yang menyatu dengan rumahnya di Desa Masalili. Produk tenunnya mulai dari sarung, baju pria dan wanita hingga ikat kepala (kampurui). Ia kerap menerima oderan mulai dari masyarakat hingga pejabat.

Erni mengaku sudah aktif menenun sejak umur 12 tahun. Kemampuannya itu diwarisi dari orang tuanya. Saat menginjak umur 23 tahun, dirinya mulai jatuh cinta dengan tenun dan menjadikan profesinya hingga kini. Dari usaha Anisa Tenun itu, Erni bisa ikut menggerakan ekonomi desa dengan memberdayakan 10 – 15 kartini lainnya saat menerima orderan dalam jumlah besar.

“Hasilnya lumayan. Kalau omset rata – rata Rp10 – 15 juta perbulan. Tapi sejak ada Covid, omset turun tinggal Rp3,5 juta per bulan,” paparnya.

Erni mengaku beberapa tahun terakhir orderan tenun Masalili mulai meningkat. Namun disisi lain hal itu menjadi tantangan karena ditengah permintaan tinggi, tenaga penenun aktif yang profesional justru berkurang. Makanya, ia mengaku tidak semua bisa melayani orderan karena khawatir tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu.

Meski demikian, Erni tetap bersyukur karena dari hasil tenun Masalili ia bisa membantu ekonomi keluarga hingga membangun rumah. Satu cita – citanya ialah ingin memiliki butik tenun Masalili di Raha ataupun di Kota Kendari.
“Saya ingin tenun Masalili mudah dijumpai dimana saja. Ini bukan soal keuntungan ekonomi, melainkan merawat hasil karya leluhur agar tetap lestari,” ucapnya.

(Ode)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU