Di Bombana, 27 Orang Terkena Diare, 1 Bayi Meninggal
BOMBANA, LENTERASULTRA.COM- Penularan penyakit diare memang tidak pandang bulu. Penyakit ini bisa kena siapapun tanpa kenal usia. Penyebabnya tiada lain karena sanitasi dan kebersihan lingkungan yang tidak terjaga. Selain itu, juga disebabkan banyaknya sampah yang berserakan dimana-mana. Ditambah lagi, perilaku masyarakat yang tidak sehat sehingga membuat banyak warga yang tertular salah satu penyakit yang mematikan ini.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Mataoleo, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), selama bulan Oktober 2018 sudah tercatat ada 27 orang yang menderita penyakit diare. Dari 27 orang tersebut diantaranya terdapat 1 orang bayi meninggal dunia. Sementara 2 orang lainnya masih dirawat inap serta yang dinyatakan sembuh sebanyak 24 orang.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadis Dinkes) Bombana, Dr. Sunandar, MM.Kes mengatakan, Kabupaten Bombana khususnya di Mataoleo ini merupakan daerah endemik diare. Terbukti, salah seorang bayi laki-laki bernama Fahri yang masih berumur 7 bulan asal Desa Lora Kecamatan Mataoleo meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
“Di Mataoleo itu daerah endemik diare ada peningkatan kasus diare disana. Selama Oktober ini sudah ada 27 kasus yang terserang diare. Bahkan ada laporan yang baru masuk lagi, ada anak bayi laki-laki berumur 7 bulan meninggal dunia di Desa Lota. Saya sudah konfirmasi ke Puskesmas dan programer penyakit menular termasuk perawat desa untuk investigasi hal ini,” tuturnya kepada lenterasultra.com, Selasa (31/10).
Setelah diinvestigasi kata dia, ternyata bayi yang meninggal ini sudah tiga hari mengalami kejang-kejang dan muntaber. Tapi lanjutnya, pihak keluarga korban hanya menangani dengan cara berobat dukun. Sementara, dikampung itu ada perawat dan bidan desa.
“Nanti, setelah kejang-kejang baru dipanggil perawat desa. Setelah diperiksa dengan penanganan medis, bayi tersebut langsung dilarikan ke puskesmas terdekat ternyata dia meninggal dijalan,” ungkapnya.
Atas kejadian itu, ia menghimbau kepada masyarakat, jika mendapati kasus yang sama agar cepat berkonsultasi kepada pihak medis dalam hal ini perawat desa atau bidan desa. Dengan begitu, maka dapat dilakukan tindakan dan penanganan medis secara cepat.
Dia berpesan, jika ada penyakit yang berpotensi fatal seperti diare, demam berdarah dan malaria segera laporkan ke tenaga medis yang ada di desa.
“Itulah kita punya masyarakat masih memegang prinsip berobat kampung alias pake Dldukun. Padahal di desa tersebut ada perawat dan bidan tapi malah berobatnya ke dukun. Kalaupun mereka tetap mau berobat dukun entah karena faktor sosial budaya yang mereka anut silahkan. Tapi, alangkah baiknya jika komunikasikan dengan pihak medis baik itu perawat ataupun bidan yang ada di desa tersebut,” imbuhnya.
Pihak Dinkes akan menurunkan tim investigasi dari pencegahan penyakit menular dan dari kesehatan lingkungan guna mengedukasi masyarakat kita yang ada di Mataoleo. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan penyakit ini yakni cuaca, bakteri dan juga tidak mendukungnya makanan yang masuk kedalam tubuh manusia.
Untuk itu, Sunandar mengajak masyarakat Bombana untuk selalu melakukan perilaku hidup sehat agar dapat menghindari penyakit menular tersebut. Sebelum banyak memakan korban, ayo kita hidup sehat dan bersih,” ajaknya. (Agus)