Gaza Porak-poranda Digempur Israel, 256 Orang Tewas Termasuk 69 Anak
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Kondisi di jalur Gaza, Palestina kian memilukan akibat digempur oleh militer Israel. Jalur Gaza kini porak-poranda. Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat, hingga Rabu (19/5/2021), sebanyak 256 orang tewas, 69 diantaranya adalah anak-anak dalam konflik Israel-palestina. Dari jumlah itu, 219 korban jiwa adalah warga Palestina termasuk 63 anak-anak, yang tewas di Gaza. Di Tepi Barat, 25 kematian warga Palestina dihitung, termasuk 4 anak.
Melansir dari asiatoday.id, sumber Israel melaporkan 12 orang tewas, termasuk 2 anak dan seorang tentara. Ribuan orang terluka, terutama di Tepi Barat dan di Gaza. OCHA melaporkan konflik tersebut menyebabkan 6 rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama di Gaza tutup. Kerusakan dari serangan udara di dekatnya menghentikan pengujian Covid-19 di Laboratorium Pusat Gaza. Rumah sakit organisasi non-pemerintah berhenti berfungsi karena kekurangan bahan bakar.
“Aliran listrik di Gaza tersendat dan hanya menyala 3 sampai 4 jam sehari karena kerusakan pembangkit,” kata OCHA dikutip dari Xinhua, Kamis (20/3/2021).
Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan telah membagikan voucher elektronik kepada 74.000 orang di Gaza pada hari Senin. Mitra kemanusiaan sedang menilai kerusakan rumah dan memprioritaskan dukungan perbaikan. Badan pengungsi PBB untuk Palestina, UNRWA menyatakan bahwa mereka menyediakan air, sanitasi, layanan kebersihan untuk para pengungsi, dan generator listrik bagi para pengungsi di daerah yang ditentukan.
Pada Selasa, Israel mengizinkan beberapa truk bahan bakar melintasi Kerem Shalom untuk menyalakan generator listrik tetapi menahan kendaraan kemanusiaan tambahan untuk alasan keamanan. Pada Rabu, OCHA menyebutkan bahwa truk dilarang membawa kargo yang termasuk vaksin Covid-19, kotak P3K, bahan medis sekali pakai dan obat-obatan, termasuk obat-obatan darurat, alat pemadam kebakaran dan bahan bakar. Mengingat tingginya jumlah penduduk yang rentan, maka penyebaran Covid-19 menjadi perhatian besar.
OCHA menyatakan, penyeberangan Gaza harus dibuka untuk pasokan penting dan kemanusiaan, termasuk bahan bakar untuk layanan dasar, pasokan untuk mengekang penyebaran Covid-19 dan untuk memastikan bahwa mereka yang membutuhkan perawatan yang menyelamatkan jiwa dapat mengakses bantuan tersebut. (ATN)