Caleg Petahana Tumbang di Pileg 2019, Pengamat Politik: Itu Hukuman!

650
Pengamat Politik Sultra, Najib Husen saat ditemui diruang kerjanya. (NANAN/LENTERASULTRA.COM)
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Sejumlah Calon Legislatif (Caleg) petahana yang maju dalam Pemilu 2019 untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Tenggara (Sultra) baik di tingkat DPR maupun DPD RI tumbang. Fenomena ini pun menarik perhatian Pengamat Politik Sultra, Najib Husen.

Menurutnya tumbangnya caleg petahana merupakan sebuah hukuman dari masyarakat. Masyarakat menilai bahwa selama menjabat sebagai wakil rakyat, mereka tidak akuntabel. Akuntabilitas itu diukur oleh publik, bisa dilihat dari sudut pandang bagaimana mereka memainkan peran dalam menjalankan ketiga fungsinya.

Ketiga Fungsi yang dimaksud adalah fungsi legislasi. “Nah di sini masyarakat akan bertanya berapa banyak Peraturan Daerah (Perda) yang telah dihasilkan, lalu apakah Perda yang dihasilkan itu bermanfaat atau tidak,” ungkapnya.

Kemudian di fungsi keuangan. Dipertanyakam juga apakah selama ini, anggaran yang digunakan adalah anggaran yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.

Terakhir soal fungsi pengawasan. Sejauh mana para legislator tersebut bisa mengawasi kerja-kerja eksekutif, bukan kemudian mereka hanya jadi stempel eksekutif.  Akan tetapi bagaimana mereka bisa menjadi mitra kerja masyarakat.

“Ketiga fungsi di atas yang selalu menjadi sorotan  oleh masyarakat, selama  5 tahun menjabat untuk mengawal aspirasi masyarakat,” sambungnya.

Lebih lanjut, Dosen Fisip Universitas Halu Oleo (UHO) itu mengatakan buah dari lima tahun mereka duduk di parlemen  masyarakat sudah bisa menilai. Hasilnya, mereka memutuskan untuk tidak kembali memilih kembali petahana.

“Tidak bisa dipungkiri karena akuntabilitas publik mereka diragukan oleh masyarakat,” pungkasnya.

Berdasarkan data yang dihimpun tim jurnalis lenterasultra.com, di Pileg DPR RI terdapat 5 petahana yang maju, namun hanya 2 petahana yang berhasil berhasil lolosyaitu Ridwan Bae dari Partai Golkar dengan perolehan suara 97.602 dan Tina Nur Alam dari Partai Nasdem dengan perolehan suara 39.076.

Sedangkan petahana lainnya yaitu Umar Arsal dari Partai Demokrat hanya memperoleh 48.139 suara dikalahkan oleh lawan satu partainya Rusda Mahmud yang memperoleh 97.806 suara. Begitu juga dengan Haerul Saleh dari Partai Gerindra yang hanya memperoleh 42.402 suara. Ia kalah oleh lawan satu partainya Imran yang memperoleh 61.807 suara. Hal serupa juga dialami oleh petahanan lainnya, Wa Ode Nur Zainab dari PAN yang hanya meraup 10.914 suara. Ia dikalahkan oleh Fachry Pahlevy lawan satu partainya. Fachry Pahlevy yang notabenenya merupakan pendatang baru berhasil mengambil suara hingga 101.727. Perolehan angka tersebut paling tinggi diantara yang lainnya.

Hal serupa juga terjadi di Pileg DPD RI. Terdapat dua petahana yang kembali maju dalam Pileg 2019 kemarin. Keduanya adalah Wa Ode Hamsinah Bolu caleg nomor urut 64 dan Yusran Silondae caleg nomor urut 66. Namun di antara keduanya tidak ada satu pun yang lolos.

Pasalnya Wa Ode Hamsinah Bolu hanya berhasil memperoleh 40.697 suara, sedangkan Yusran Silondae hanya berhasil meraup 40.697. Keduanya ditumbangkan oleh pendatang baru seperti Andi Nirwana, caleg nomor urut 25 dengan perolehan suara 130.124, Amirul Tamim, caleg nomor urut 51 dengan perolehan suara 64.627. Kemudian Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan, caleg nomor urut 65 dengan perolehan suara 62.051 dan Dewa Putu Ardika Seputra, caleg nomor urut 29 dengan perolehan suara 52.480.

Reporter: Nanan
Editor: Restu Fadilah

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU