Kepsek SDN 08 Kasipute Dinilai Arogan, 15 Guru Ancam Mogok
BOMBANA, LENTERASULTRA.COM- Kepemimpinan Rosmiati sebagai Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 08 Kasipute Kabupaten Bombana, dinilai sudah terlalu arogan kepada bawahannya. Ia kerap mempertontonkan kediktatoran dalam kepemimpinanya. Hal tentunya membuat bawahannya utamannya para guru merasa tidak nyaman. Bahkan akibat dari itu, membuat 15 orang guru di salah satu sekolah favorit itu kesal terhadap perilaku sang kepala sekolah. Mereka pun mengancam untuk mogok mengajar di sekolah tersebut.
Berdasarkan pengakuan dari sejumlah guru, sang kepsek kerap memarahi mereka dengan sikap yang tidak menunjukan bahwa dia adalah seorang pemimpin. Caranya menegur atau memarahi bawahannya dinilai tak wajar. Bagaimana tidak, guru sering dimarahi di depan banyak orang bahkan di depan siswa.
“Hal yang kami tak sukai, dia menegur kami dengan cara memarahi kami di depan teman guru lainya bahkan didepan murid juga. Harusnya jika salah satu dari kami berbuat salah bisa dipanggil di dalam kantor biarpun kami dimarahi tidak masalah. Asal, jangan didepan teman yang lain atau didepan murid itu bisa mengganggu psikologi kami bahkan siswa kami,” tutur salah satu guru yang enggan disebutkan namanya, Rabu (4/10).
Awalnya, hari minggu (16/9) guru dan siswa mengadakan agenda pramuka yaitu baksos di masjid. Kebetulan pada waktu itu bertepatan dengan kedatangan jamaah haji.
“Selesai itu, kepsek suruh kami bawa siswa ke sekolah. Di sekolah masih ada satu agenda kegiatan yaitu bermain bola gotong. Siswa sudah tidak mau bermain lagi karna kecapean dan kehausan. Sementara air minum habis. Kami suruh siswa untuk istrahat beberapa menit. Lalu kami suruh siswa buka tenda tapi siswa malah enggan karena alasanya kecapean terpaksa kami suruh mereka istrahat,” paparnya.
Tak lama kemudian guru yang lain suruh berbaris untuk persiapan pulang. Jadi kesalahan mereka adalah memulangkan murid tanpa ada kepala sekolah. Begitu murid sudah dipulangkan kepsek muncul sambil bertanya dengan nada tinggi. “Siapa yang kasi pulang. Jangan pulangkan anak anak sebelum orang tuanya jemput,” kata kepsek dengan nada tinggi.
“Sebenarnya kami ingin permasalahan ini tidak dibuat keruh. Kami harusnya dipanggil untuk menjelaskan alasan kami yang memulangkan murid lebih awal, malah kami ditanggapi dengan rasa amarah oleh dia (kepsek),” ucapnya.
Rupanya, masalah itu masih berlanjut hingga hari senin (1/10). Guru-guru malah tidak ditegur. Pada hari Selasa kekesalanya semakin memuncak. Sampai-sampai sang kepsek mengambil laptopnya dan duduk di luar sendiri sambil berkata. “Saya tidak mau lagi masuk kantor, karna sudah banyak kepala sekolah disini,” kepsek dengan nada kesal dan penuh amarah.
“Kami pun para guru berpikir bahwa dengan sikapnya akhir-akhir ini kepala sekolah membenci kami. Jadi kami rapat antara guru-guru dan hasilnya tertuang pada pernyataan sikap kami,” jelas salah seorang guru.
Dalam pernyataan sikap itulah para guru menilai bahwa kepsek sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Ia menegur dan memarahi guru di depan siswa serta sering mengeluarkan kata-kata kasar yang seharusnya tak pantas diucapkan oleh seorang pimpinan. Menurut mereka dengan sikap tersebut para guru merasa terbebani secara psikis dan psikologi.
Bahkan, mereka menginginkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bombana agar persoalan ini ditindak tegas. Selain itu juga meminta untuk memindahkan guru-guru ke sekolah lainnya dilungkup wilayah Rumbia.
“Kami tetap bersikeras untuk menyatakan sikap bahwa kepala sekolah yang dipindahkan atau kami. Jika memang tuntutan kami tidak diindahkan maka kami akan mogok mengajar,” tegasnya.
Kebetulan saat ini sudah banyak dukungan dari orang tua murid agar kepala sekolah ini dipindahkan. “Sekarang sudah ada lebih dari 30 orang tua murid dan itu masih akan bertambah dan jika memang tidak direspon tuntutan kami. Maka kami akan mengadu ke dewan,” tandasnya.
Sementara itu, menanggapi pernyataan sikap dari 15 guru tersebut, Rosmiati mengaku tidak mengetahui adanya permintaan pihak dewan guru berupa pernyataan sikap tentang menolakan yang mengarah kepada dirinya.
“Padahal ini hanya persoalan miskomunikasi saja atas tudingan pihak para guru itu. Ini kan saya hanya ingin terapkan kedisiplinan antara murid dengan guru, kalau memang mereka tidak terima, ya saya sudah siap menerima konsekuensi yang ada. Mau dikasi pindah juga nda ada masalah,” pungkas Rosmiati. (Agus)