Komiditas Terjaga, Sultra Catat Deflasi
LENTERASULTRA.com-Usaha pemerintah dan semua pemangku kebijakan di daerah ini menjaga komoditas bahan-bahan makanan berdampak positif terhadap siklus ekonomi. September lalu, Sultra mencatat deflasi, alias penurunan harga-harga barang secara konstan.
Bank Indonesia (BI) mencatat, selama September, terjadi deflasi sebesar 0,51 persen (mtm) atau month to month. “Kota Kendari yang istimewa karena bisa tembus 0,76 persen deflasinya,” kata Dedy Prasetyo, Humas BI Kendari dalam rilis yang diterima lenterasultra.com, tadi pagi.
Sayangnya, deflasi itu tidak terjadi di seluruh wilayah Sultra secara merata. Di Kota Baubau, kata Dedy, masih mencatatkan inflasi sebesar 0,14 persen (mtm).
Menurut Dedy, Deflasi yang terjadi pada September 2017 terutama didorong oleh penurunan harga bahan makanan khususnya komoditas sayur-sayuran.
Selain itu kelompok bahan bakar, penerangan dan air terutama komoditas bahan bakar rumah tangga juga mendorong terjadinya deflasi. “Laju deflasi tertahan karena inflasi kelompok ikan segar yang pada bulan laporan tercatat sebesar 3,36 persen (mtm),” tambahnya.
Meski secara bulanan mencatatkan deflasi, inflasi tahun kalender Sultra pada bulan September 2017 tercatat sebesar 3,32 persen (ytd-year to date), atau masih lebih tinggi dibandingkan periode September tahun 2016 yakni 2,83 persen(ytd).
Pada bulan September 2017 kelompok volatile food (VF) alias komponen berjegolak di Sultra kembali mencatatkan deflasi sebesar 2,55 persen (mtm). Penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh deflasi pada kelompok volatile food terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau.
Deflasi pada kelompok volatile food tersebut utamanya terjadi pada komoditas sayur-sayuran, antara lain bayam, kacang panjang, kangkung dan tomat sayur.
“Penurunan harga pada komoditas tersebut didorong oleh normalnya pasokan seiring cuaca di Sultra yang kondusif sehingga mendorong harga ke level normal,” papa Dedy.
Sementara itu, kata dia, pada sub kelompok ikan segar masih tercatat mengalami inflasi sebagai akibat masih terbatasnya pasokan ikan segar di pasar lokal karena faktor cuaca dan terbatasnya jumlah kapal andon dari luar wilayah Sultra yang beroperasi di wilayah perairan Sultra.
“Komoditas ikan segar yang tercacat mengalami inflasi diantaranya adalah ikan cakalang, ikan layang, ikan kembung, ikan tembang dan ikan teri,” sebut lelaki ramah ini.
Deflasi juga terjadi pada kelompok administered prices yang didorong oleh komoditas bahan bakar rumah tangga yang tercatat mengalami deflasi sebesar 1,24 persen (mtm).
Deflasi pada komoditas bahan bakar rumah tangga terutama terjadi di Kota Kendari sementara di Baubau tercatat tidak mengalami perubahan.
Disisi lain tekanan inflasi kelompok inti pada bulan September 2017 tercatat mengalami sedikit peningkatan dari periode sebelumnya dan tercatat sebesar 0,05% (mtm).
Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan sandang dan kesehatan. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok sandang berasal dari komoditas emas perhiasan.
Mencermati perkembangan inflasi pada bulan September 2017, Tim Pengendali Infalsi Daerah (TPID) Sultra secara intensif akan terus memantau pergerakan harga khususnya harga pangan dan memastikan ketersediaan di pasar dengan berkoordinasi bersama pihak-pihak terkait.
TPID bersama Satgas Pangan akan berupaya memastikan agar kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah khususnya untuk komoditas beras dan gula pasir dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif terhadap upaya pengendalian inflasi.(astil)
Editor : Sarfiayanti