Jaring Wisatawan Global, Indonesia Harus Fokus ke Pariwisata Berkelanjutan

164
Ubud, Bali. Ist.

JAKARTA LENTERASULTRA.COM – Pemerintah Indonesia didorong untuk mulai fokus mengembangkan pariwisata berkelanjutan mengingat pada 2021 diproyeksi sektor pariwisata mulai pulih.

Menurut Founder dan Chairman Markplus, Hermawan Kertajaya, Indonesia yang telah menjadi destinasi wisatawan dunia, terutama Bali, jangan hanya sekedar menerapkan sertifikasi cleanliness, healthiness, sustainability, and environmental (CHSE), tetapi mulai mengembangkan pariwisata berkelanjutan.

“Semuanya harus dilakukan dengan cepat. Kita harus melihat berbagai peluang yang ada saat ini. Jangan hanya CHSE yang technical, tetapi harus menerapkan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada sektor pariwisata,” jelas Hermawan dalam keterangan yang diterima, Rabu (10/3/2021).

Hermawan memandang, pemerintah harus sudah mempersiapkan visi pariwisata nasional sampai 2030. Untuk tahun 2021, sektor pariwisata harus fokus terlebih dahulu kepada wisatawan domestik sebagai kunci utama pemulihan ekonomi nasional. Kemudian sampai 2025, pemerintah harus mengembangkan sustainable tourism bagi turis regional. Terakhir, visi jangka panjang sampai tahun 2030, dimana Indonesia diharapkan sudah dapat menjadi World-Class Integrated and Sustainable Tourism Growth Destination.

Berdasarkan hasil survei cepat Markplus Tourism, kampanye mengenai pariwisata yang berkelanjutan bisa dimulai dengan menggaungkan aspek perilaku wisatawan yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas. Sebanyak 83,9 persen dari 62 responden berusia 25 sampai 44 tahun mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengkampanyekan program responsible tourist. Harapannya ketika pandemi berakhir dan pariwisata kembali pulih, sudah tumbuh kesadaran masyarakat untuk berwisata yang bertanggungjawab.

PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

“95,2 persen responden memahami perilaku responsible tourist sebagai upaya menjaga lingkungan kawasan destinasi. Menurut 71 persen dari mereka menilai untuk menjadi wisatawan yang bertanggungjawab harus berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal yang akan dikunjungi,” terang Senior Business Analyst MarkPlus Tourism, Azhari Fauzan, dalam kesempatan yang sama.

Dalam konteks ini, pemerintah disarankan untuk berkolaborasi dengan pengelola destinasi wisata, masyarakat lokal, hingga travel influencer untuk mencapai visi tersebut. Sebanyak 80,6 persen responden juga menilai para wisatawan perlu mengunggah pengalaman berwisata melalui media sosial setelah berkunjung ke suatu destinasi untuk mendorong kampanye sustainable torusim.

Menurut Azhari, mayoritas wisatawan mencari produk ekraf seperti kuliner (93,5 persen), kerajinan tangan (72,6 persen), seni pertunjukan (59,7 persen), dan fesyen seperti kain batik (50 persen) saat berkunjung ke tempat wisata.

“Produk ekonomi kreatif yang menarik harus memiliki story telling, artinya harus ada unsur cerita yang bisa disajikan kepada publik. Selain itu, kemasan yang menarik juga menjadi perhatian wisatawan,” tambahnya seperti dikuti dari asiatoday.id.

Sebanyak 93,5 persen responden menilai pelatihan dan pembinaan sebagai program pemerintah yang paling tepat meningkatkan daya saing produk ekraf. Selain itu, pelaku usaha ekraf juga perlu mempertahankan konsistensi kualitas produk agar wisatawan bisa memberikan rekomendasi dan berujung pada peningkatan penjualan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menuturkan bahwa pemerintah saat ini telah mempersiapkan strategi akselerasi pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU