Ketua PW NU Sultra: Rumah Ibadah sebagai Tempat Berhimpun, Jangan Dijadikan Tempat Kampanye
KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Memasuki musim kampanye dipergunakan dengan sangat efektif bagi mereka yang akan tampil di pesta demokrasi. Baik caleg, parpol dan capres memanfaatkan waktu kampanye seefektif mungkin agar bisa mendapatkan simpati dari masyarakat.
Ketua PW NU Sultra, KH. Muslim, menegaskan kepada seluruh peserta pemilu untuk tidak memanfaatkan rumah ibadah sebagai tempat untuk berkampanye.
“Rumah ibadah itu sebagai tempat berhimpin kita, segala macam pikiran kita selalu tuangkan, jangan sampai dijadikan sebagai tempat untuk berkampanye,” katanya, Sabtu (6/4/2019).
Menurutnya, perbedaan dari setiap orang itu wajar, namun bukan berarti perbedaan itu yang akan menjadikan seseorang menjadi bercerai berai. Ia bahkan menilai jika perbedaan itu jalan untuk menuju kesatuan mana kala bisa duduk bersama. Ia sepakat jika rumah ibadah dijadikan sebagai tempat ibadah dan berhimpun bagi agama apapun itu, jadi jangan dinodai dengan sosialiasi yang tujuannya untuk kampanye.
Jelang pemilu ini, seluruh warga juga pasti sudah memiliki pilihannya masing-masing. Untuk itu ia meminta untuk mempergunakan hak pilih tersebut sebaik mungkin agar mendapatkan pemimpin yang baik.
“Pesta demokrasi ini salah satu cara untuk menentukan pemimpin, mari kita ikut berpartisipasi, jangan memilih golput. Golput itu bukan pilihan,” tegasnya.
Bagi sebagian orang ada yang mengatakan jika golput itu merupakan bagian dari pilihan, tentu saja hal itu salah. Pasalnya, kata Muslim, golput itu merupakan pilihan yang tidak memiliki arah, sehingga tidak boleh ditiru.
Selain imbauan untuk tidak golput ia kembali mengingatkan agar semua masyarakat bisa mengikuti pesta demokrasi dengan damai.
“Dalam rangka pelaksanaan pemilu ini mari tetap jaga kebersamaan, jika ada sedikit perbedaan silahkan saja namanya juga pilihan tapi setelah pemilihan kita harus kembali bersatu karena kita sudah memiliki pemimpin,” pesannya.
Ditegaskannya jika pasca pemilihan, hanya akan melahirkan satu orang presiden sehingga tidak boleh lagi ada perbedaan, seluruh masyarakat harus menghargai hasil pemilu dan harus tunduk dengan pemimpin.
Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya arti pancasila sebagai ideologi negara. “Pancasila itu adalah ideologi negara tidak perlu lagi ada dialog tentang hal itu,” tegasnya.
Dikatakannya jika tatanan kehidupan sudah diatur dalam pancasila dan NKRI itu sebagai harga mati. Masyarakat patut bersykur karena negara kita tidak membatasi untuk melakukan aktivitas dan beragama. Agama yang sudah diakui bebas untuk beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing, sehingga pancasila menyatukan semua golongan menuju kedamaian dan ketentraman.
Laporan: Fiyy