Gejolak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Nilai tukar mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hingga saat ini, nilai tukarnya mencapai Rp, 15.213 per satu dolar. Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan nilai mata uang kita terus menurun sampai bulan Oktober 2018 ini?
Dikutip dari Kompas.com, salah satu penyebab melemahnya rupiah adalah karena neraca perdagangan yang defisit. Berdasarkan data yang ada, neraca perdagangan Indonesia sebenarnya sempat surplus pada bulan Maret sampai Juni 2018. Namun secara tahunan, neraca perdagangan kita defisit sebanyak 1,02 miliar dolar AS.
Sementara itu, Minot Purwahono selaku Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor.
“Faktor yang membuat rupiah melemah itu karena adanya kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat sehingga kita perlu menyesuaikan agar posisi kita tidak menurun dan kebijakan perdagangan luar negeri yang makin protektif dengan peningkatan tarif. Sedangkan faktor internalnya adalah neraca ekspor kita yang tertekan dan impor makin besar sementara ekspor melemah. Jadi tanggung jawab kita adalah mendorong ekspor dan membatasi impor,” ungkap Minot.
Meskipu begitu, hal yang paling dominan menurut Minot, terkait dengan gejolak ekonomi global yakni perang dagang antara Amerika dan China. Ia beranggapan bahwa struktur ekonomi masih belum terlalu kuat untuk menghadapi perang dagang antara AS dan China. Ketika suku bunga mereka naikkan maka banyak investor asing yang menanamkan modalnya.
“Pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini bisa diatasi dengan dua hal yakni meningkatkan ekspor dan mengurangi impor,” ucapnya.
Namun perekonomian Indonesia saat ini masih aman-aman saja, meskipun terjadi gejolak naik turunnya nilai tukar rupiah. Masyarakat Indonesia khususnya Sultra dihimbau tidak perlu risau dan cemas karena kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam keadaan kondusif.
Data BI menunjukkan defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua 2018 tercatat mencapai milliar USD. Hal ini menyebabkan Indonesia terkena dampak melemahnya harga rupiah terhadap mata uang dollar.
“Indonesia sekarang tidak dalam keadaan krisis ekonomi, jika negara kita dalam krisis, pihak asing tidak mungkin datang melakukan investasi ke Indonesia. Oleh karena itu, semua pihak harus saling membantu dan mendukung untuk terus menjaga kondisi perekonomian negara ini. Yah salah satunya dengan menggenjot ekspor dengan mencintai produk lokal dan terus berinovasi pada produk-produk hasil karya anak bangsa,” pungkas Minot. (Febry)