JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia sedang memainkan peran besar untuk menggalang kekuatan internasional agar segera merumuskan resolusi konflik dan masa depan negeri Palestina. Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi akan menyampaikan pernyataan secara langsung dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengenai nasib Palestina yang digelar di markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS). Pidato Menlu akan disiarkan secara langsung di UNTV, Kamis (20/5/2021), pukul 10.00 waktu New York atau pukul 21.00 WIB.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Febrian Alphyanto Ruddyard mengatakan, Menlu Retno dalam pertemuan bertajuk General Assembly Joint Debate itu akan menyampaikan sikap Indonesia untuk mendesak penghentian kekerasan di Palestina.
PBB hari ini menggelar General Assembly Joint Debate di bawah agenda item 37 (The Situation in Middle East) dan 38 (The Question of Palestine) atau Pertemuan Majelis Umum PBB mengenai Palestina.
Febrian mengatakan Menlu Retno akan mendesak adanya gencatan senjata (cease fire) atau penghentian kekerasan atau tindakan saling serang di Jalur Gaza. Menurutnya, situasi kekerasan di wilayah itu sudah terjadi berulang kali seperti yang terbaru pada 2019 setidaknya 2 kali serangan, kemudian pada 2021 terjadi 1 kali serangan pada April. Kekerasan bisa berhenti sekali, tapi berulang lagi dan demikian seterusnya. Oleh karena itu, perlu adanya mekanisme pengaturan agar penghentian kekerasan di Palestina bisa berkelanjutan.
“Mengingat kerusakan dan korban jiwa sangat besar, maka sudah saatnya Majelis Umum PBB membuat mekanisme yang bukan hanya berhenti sementera, tapi menyelesaikan masalahnya,” kata Febrian, dikutip dari asiatoday.id.
Menlu Retno tiba di New York pada Rabu (19/5/2021) untuk menghadiri serangkaian pertemuan terkait situasi di Palestina.
“Pertemuan pertama dengan Presiden Majelis Umum ke-75 PBB di Markas PBB, Rabu. Kami membicarakan persiapan Debat Majelis Umum untuk Palestina, Kamis (20/5/2021), dan memperkuat peran perempuan dalam operasi pasukan perdamaian PBB,” kata Retno. (ATN)