Pengusutan Isu Suap Pilwabup Koltim di Kejaksaan Mendadak Hening

TIRAWUTA, LENTERASULTRA.COM-Pengusutan kasus dugaan suap dan gratifikasi yang terjadi saat proses pemilihan Wakil Bupati Kolaka Timur (Koltim) tahun 2022 yang tengah dilakukan jajaran Kejari Kolaka, perlahan mulai hening. Tak ada lagi kabar terbaru dari lembaga Adhyaksa itu terkait perkembangan yang mereka lakukan. Padahal, dua pekan sebelumnya, jaksa terlihat seperti “berlari”, memanggil banyak pihak untuk meminta klarifikasi.
Jurnalis lenterasultra.com beberapa kali mencoba meminta klarifikasi pada kepala Kejari Kolaka, Herlina Rauf SH melalui saluran telepon, namun mantan Kajari Konawe Selatan tersebut tak merespon. Begitupun ketika langkah konfirmasi dilakukan lewat Kepala Seksi Intelejen (Kasi Intel) Kejari, Bustanil Arifin juga tak direspon.
Padahal, saat kasus ini pertama mencuat dan jaksa sedang mengagendakan pemanggilan klarifikasi terhadap beberapa orang, Kasi Intel begitu cepat memberi penjelasan kepada jurnalis media ini. Sekarang, upaya konfirmasi yang dilakukan, jangankan dijawab, direspon pun tidak. Publik di Kolaka Timur pun mulai mempertanyakan keseriusan penyidik menguak misteri dugaan suap ini.
Sebuah lembaga anti korupsi di Koltim, dari LSM Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak) Sultra mempertanyakan tidak transparannya pihak Kejari Kolaka dalam kasus yang telah menyita perhatian publik khususnya di Kolaka Timur tersebut. “Padahal mereka sendiri (Kejari Kolaka) yang jelaskan, sifat (pemanggilan) baru klarifikasi. Mestinya ada penjelasan ke publik, kalau begini wajar masyarakat mempertanyakan kinerja Kejari Kolaka,” kata Beltiar, koordinator lembaga ini.
Ia menambahkan dalam aksi unjuk rasa di Kejari Kolaka bertepatan pemeriksaan sejumlah mantan anggota dewan koltim beberapa pekan lalu, Kasi Pidsus Kejari Kolaka Aditya Toding Bua telah berjanji akan bersikap tranparan dan profesional dalam penanganan kasus yang diduga melibatkan bupati koltim Abd Azis tersebut. “Faktanya pasca permintaan klarifikasi, kasus ini justru makin tak jelas perkembangannya bagaimana. Mungkin nanti di demo lagi baru ada penjelasan” tambahnya.
Hal senada diungkapkan aktivis LSM Lingkar Demokrasi (Lider) Sultra, Karman. Menurutnya peningkatan kasus ini, dari sifatnya klarifikasi ketahapan selanjutnya penting dilakukan, mengingat dari 9 saksi yang dimintai keterangan, sudah terdapat dua orang mantan anggota DPRD koltim yakni Yudho Handoko dan Rosdiana yang mengakui menerima uang yang disebut terkait dengan pemilihan wakil bupati Koltim tahun 2022.
“Terutama kesaksian Yudo Handoko ini penting untuk ditelusuri lebih lanjut, saat pemililhan yudo merupakan Ketua DPD Nasdem Koltim yang memiliki delapan kursi di DPRD,” terang Karman. Demikian pula kesaksian Rosdiana, kata Karman yang telah menyebut sejumlah pihak yang telah menyerahkan “jatah” uang kepada dirinya.
“Baik Yudo maupun ibu Rosdiana, pasti paham konsekuensi hukum atas kesaksian mereka, oleh karena itu penyidik mestinya fokus pada keterangan mereka, jika memang serius menangani perkara ini,” tambahnya.
Sementara itu berdasarkan informasi yang dihimpun Lenterasultra.com, selain telah memeriksa 9 anggota DPRD koltim periode 2019-2024, kejari kolaka juga telah meminta klarifikasi dari Abdul Azis yang tidak lain mantan Sekretaris Nasdem Sultra. Namun kejari Kolaka Herlina Rauf, SH yang coba di konfirmasi perihal ini. Kembali tak merespos.
Untuk diketahui, 13 Februari 2025 lalu, jaksa memeriksa lima mantan anggota DPRD Kolaka Timur periode 2019-2024. Mereka dimintai klarifikasi terkait dugaan suap pada pemilihan wakil bupati kolaka timur tahun 2022 silam. Dua dari lima orang yang diperiksa tersebut, Yudho Handoko dan Rosdiana dengan terang mengaku menerima duit saat proses Pilwabup tersebut.
Rosdiana misalnya, mengakui menerima uang dalam pecahan dollar. Ada tiga orang saksi yang melihatnya menerima uang tersebut. Ia juga diberi 1 unit Ponsel untuk mendokumentasikan pilihan pada saat di bilik suara. Rosdian menjelaskan jika uang tersebut diterimanya saat menjalani karantina di salah satu hotel di Kolaka, dua hari menjelang pemilihan.
Peryataan serupa diungkapkan Yudo Handoko. Pria yang akrab disapa Yudo ini mengaku menerima sedikitnya 25 pertanyaan. Diantaranya seputar perkenalanya dengan Abd Azis, yang kala itu hendak maju sebagai calon Wakil Bupati Koltim lewat mekanisme pemilihan di DPRD.
Saat dicecar pertanyaan seputar penerimaan uang, mantan Ketua DPD Nasdem Koltim terang terangan mengakui menerima. Katanya, ia menerima duit itu di sebuah hotel besar di Kolaka. “Duitnya pecahan dollar dimasukan dalam amplop putih,” kata Yudo.
Sementara itu Kasi Pidsus Kejari Kolaka Aditya Todimg Bua SH saat itu mengaku jika pihaknya telah memeriksa total 9 orang anggota DPRD Koltim yang diduga mengetahui soal dugaan suap atau gratifikasi saat pemilihan Wabup Koltim saat itu.
Dugaan suap yang kini diselidiki jaksa tersebut berawal dari proses pemilihan Wakil Bupati Kolaka Timur tahun 2022 lalu. Saat itu, posisi 02 ini sedang kosong karena Andi Merya Nur yang sebelumnya menjabat sebagai Wabup, naik jadi Bupati menggantikan bupati sebelumnya, Samsul Bahri yang meninggal dunia. Kala itu, ada dua nama yang bersaing yakni Abdul Azis dan Diana Massi.
Posisi Wakil Bupati di Koltim saat itu memang sangat seksi karena hampir dipastikan bakal langsung jadi Plt Bupati akibat Andi Merya kesandung masalah hukum dan ditahan KPK. Pada akhirnya, Abdul Azis menang dalam pemilihan dengan 13 suara, mengalahkan Diana Massi yang hanya meraih 11 suara. Satu suara lainnya dinyatakan abstain. Abdul Azis yang kemudian jadi Plt Bupati, akhirnya dilantik jadi Bupati dan kini terpilih kembali untuk periode 2025-2030, hasil Pilkada.
Proses pemilihan Wakil Bupati Kolaka Timur itu kemudian meninggalkan isu tak sedap. Kabarnya, ada aroma suap dan gratifikasi terhadap para pemilih yakni anggota DPRD Koltim saat itu. Berdasarkan surat jaksa, nama yang disebut dalam dugaan ini adalah Abdul Azis.(rik)