Istri Minta Cerai, Lelaki Asal Bombana Coba Bunuh Diri
RUMBIA, LENTERASULTRA.COM-Cobaan hidup yang mendera KW benar-benar sudah sulit ia tanggung. Istrinya pergi dari rumah dan belakangan malah minta cerai. Kondisi ekonominya juga sedang sulit. Lelaki berusia 31 tahun asal Desa Kalaero, Kecamatan Lantari Jaya ini akhirnya memilih mengakhiri hidup dengan cara menggantung diri. Untung saja, sebelum ia bertemu malaikat pencabut nyawa, aparat polisi dari Pos Pengamanan (Pos PAM) Lantari Jaya, Polres Bombana datang menyelamatkannya.
Aksi percobaan bunuh diri lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu terjadi Minggu (22/12/2024) dini hari, sekira pukul 00.20 WITA. Kala polisi datang, tali nilon warna biru sudah ia lilitkan di leher. Ia berdiri di atas kursi dan sesaat lagi bakal dilepasnya. “Kami masuk rumah KW ini dengan cara mendobrak pintu. Anggota langsung memegang tubuh pelaku dan memotong tali. Kami tenangkan yang bersangkutan, lalu dibawa ke Mako Polsek Lantari Jaya,” kata IPDA Prasetyo Nento, Kapospam Lantari Jaya.
Ironi hidup yang dialami KW ini berawal dari cekcok rumah tangga yang dialaminya. Beberapa jam sebelum peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu terjadi, atau sekira pukul 23.55 Wita, pria ini datang menemui istrinya yang sudah beberapa hari pergi, dan “mengungsi” di rumah saudaranya. Niatnya, ingin mengajak pulang. Tapi sang istri, yang bernama GS menolak. Ia takut akan mendapatkan kekerasan seperti hari-hari sebelumnya, yang membuatnya sampai harus meninggalkan rumah.
Harapan KW untuk membawa pulang istrinya pupus. Apalagi, ia mendengar wanita pujaan hatiya itu malah bersikeras ingin mengajukan cerai saja dari pada harus selalu mengalami KDRT. KW putus asa. Batinnya benar-benar hancur. Sebelum meninggalkan rumah sang ipar, pria ini melontarkan ancaman mau bunuh diri karena istrinya menolak pulang, bahkan minta cerai.
Ancaman bunuh diri itu rupanya menghantui pikiran iparnya yang kemudian menyusul ke rumah pelaku untuk mengecek kondisi. Lelaki muda berusia 14 tahun tersebut, mengintip dari celah jendela dan benar saja ia menyaksikan kakak iparnya itu sudah melilitkan tali sapi warna biru di lehernya. Sejurus kemudian, GK tancap gas ke Pos pengamanan (Pos PAM) Lantari Jaya untuk melaporkan kejadian itu.
“Delapan personil langsung merespon laporan itu dengan segera melakukan pengecekan ke TKP. Benar saja, begitu anggota tiba, KW ini sudah mau bunuh diri,” jelas IPDA Prasetyo Nento, Kapospam Lantari Jaya dalam rilis yang diterima lenterasultra.com, Minggu (22/12) pagi. Setelah diamankan di Mapolsek, lanjut Prasetyo, pihaknya kemudian memanggil istri pelaku percobaan bunuh diri tersebut dan mempertemukan serta menjembatani agar dapat menyelesaikan permasalahan dlm keluarga.
Sayangnya, kata Kapospam, sang istri sudah tak bisa lagi dirayu. Ia trauma untuk kembali karena sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Bahkan, suatu saat, KW pernah membakar rumah dengan sengaja. “Sebelum coba bunuh diri, KW ini sempat meminum pil pereda rasa sakit kepala 8 butir di campur minuman soda jenis sprite, entah untuk apa,” tambah IPDA Prasetyo.
Minggu pagi tadi, pihaknya bahkan kembali mendatangi rumah pelaku di Desa Kalaero untuk mengecek kondisi terkini. Informasi yang diperoleh menyebutkan, konflik KW dengan istirnya memuncak pada 17 Desember 2024, saat perempuan itu meninggalkan rumah akibat pertengkaran. Saat pelaku mencoba menjemput istrinya pada 21 Desember, sang istri menolak pulang dan meminta cerai karena mengaku sering mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kondisi ini, ditambah masalah ekonomi yang dihadapi pelaku, tampaknya menjadi pemicu utama niatnya untuk mengakhiri hidup.
“Tindakan cepat dan tepat dari anggota kami menjadi kunci dalam menyelamatkan nyawa pelaku. Setelah menerima laporan dari keluarga pelaku, delapan personel langsung bergerak ke lokasi, mendobrak pintu rumah, dan memotong tali yang melilit leher pelaku. Mereka juga berhasil menenangkan pelaku yang dalam kondisi emosional dan membawanya ke Polsek untuk mendapatkan pendampingan lebih lanjut,” jelas IPDA Prasetyo Nento.
Kapospam menegaskan bahwa pendekatan humanis yang dilakukan personel tidak hanya fokus pada penyelamatan, tetapi juga memberikan dukungan psikologis kepada pelaku agar tidak mengulangi tindakan serupa. “Kami juga melakukan mediasi dengan pihak keluarga untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang dialami, meskipun ini tidak mudah mengingat adanya latar belakang konflik rumah tangga dan ekonomi,” tambahnya.(red)