406 Ekor Sapi Mati di Bombana Positif Kena Virus Jembarana

26
Petugas kesehatan dari Balai Venteriner Maros, Sulawesi Selatan melakukan pengambilan organ dalam sapi yang mati di Bombana di Desa Lantawonua, Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana untuk diperiksa di Maros. Hasilnya, sapi-sapi yang mati di Bombana positif kena Virus Jembrana. Foto : Surianto for LS.

 

BOMBANA, LENTERASULTRA.COM –  Penyebab matinya 406 ekor sapi di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara akhirnya terungkap. Ratusan hewan ternak warga yang mati mendadak disebabkan karena terserang virus jembrana. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Ternak Balai Besar Veteriner Maros, Kementerian Pertanian.

“Hasil pemeriksaan sampelnya sudah kami terima dari laboratorium Venteriner Maros. Hasilnya, ratusan ekor sapi yang mati mendadak di Bombana, disebabkan terserang virus Jembrana,” kata Kepala Dinas Pertanian Bombana, Sarif. Mantan Kepala Dinas Perikanan ini menambahkan terbitnya hasil pemeriksaan itu, semakin menguatkan dugaan pegawainya saat pertama kali menemukan kematian sapi  di Kabupaten Bombana.

Sarif bilang, ratusan ekor sapi yang mati akibat terserang virus Jembarana semuanya merupakan sapi bali (Bos javanicus). Hingga pertengahan September 2024 ini, jumlah ternak sapi yang mati di Bombana mencapai 406 ekor. Ratusan sapi yang mati akibat terserang penyakit Jembrana tersebar di tiga kecamatan yakni, Rarowatu, Rarowatu Utara dan Kecamatan Lantari Jaya. Desa Tahi Ite, Kecamatan Rarowatu, tercatat paling banyak ternak sapi yang mati. Jumlahnya mencapai 311 ekor.

Ratusan sapi yang mati ini milik empat kelompok peternak. Kelompok H. Camang tercatat paling banyak ternak sapinya mati. Jumlahnya sebanyak 256 ekor. Menyusul kelompok Tumbu Tonia 50 ekor. Sementara dua kelompok lain yakni H Maming dan H Nawir masing-masing 3 dan dua ekor sapinya yang mati.

Related Posts
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

Wilayah Kecamatan Lantari Jaya berada diposisi kedua, yang ternak sapinya mati. Jumlahnya 76 ekor. Puluhan sapi mati ini tersebar di lima desa yakni Desa Langkowala 17 ekor, Lomba Kasih 41 ekor, Kalaero 2 ekor , Lantari 11 ekor dan Desa Anugrah 5 ekor. Sedangkan di Kecamatan Rarowatu Utara, tercatat 19 ekor sapi milik warga yang mati. Puluhan sapi mati tersebar di Desa Marga Jaya 9 ekor, Aneka Marga 3 ekor, Wumbubangka 5 ekor dan Tembe 2 ekor.

Salah satu sapi warga di Bombana yang mati akibat terserang virus Jembrana. Di kulitnya mengeluarkan keringat bercampur darah. Foto : Surianto for LS

 

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Surianto Wedda menambahkan, pihaknya menunggu waktu kurang lebih satu bulan untuk memastikan penyebab mati mendadaknya ratusan sapi di Bombana. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan sampel di laboratorium Venteriner Maros harus dilakukan dua kali. “Pertama, kami yang mengirim sampel. Organ dalam sapi yang mati kami kirim di Maros melalui jasa pengiriman barang. Kedua, pegawai Vanteliner Maros yang datang mengambil langsug sampel organ dalam sapi yang mati di Bombana,” kata Surianto.

Dari dua kali pengiriman ini menghasilkan dua pemeriksaan berbeda. Pengiriman pertama negatif. Hasil ini diduga akibat kesalahan prosedur pengiriman. Sistem pendingan atau pembekuan saat pengiriman yang tidak maksimal, sehingga berdampak pada memburuknya organ dalam sapi yang dijadikan sampel. Merasa kurang yakin denga hasil ini, pihak balai Venteriner Maros memutuskan mengambil langsung sampel berupa organ dalam, sapi-sapi yang mati di Bombana. Upaya ini ternyata akurat. Sampel organ dalam sapi yang mereka bawa dan periksa di Maros menyatakan, sapi-sapi yang mati di Bombana positif terserang virus Jembrana.

Anto -sapaan akrab Sukrianto mengatakan, ciri-ciri sapi terserang virus Jembrana diantaranya, sapi kurang nafsu makan, panas tinggi berkisar antara 39 sampai 42 derajat celcius, mencret disertai darah, terjadi pembengkakan kelenjar limfa dibahu depan dan yang paling parah keringatnya mengeluarkan darah. Virus Jembrana ini, ditularkan melalui gigitan nyamuk dan lalat. Jika ada lalat atau nyamuk yang mengisap darah sapi yang terinfenksi virus Jembarana lalu pindah atau mengisap darah ternak lain yang sehat, maka siap-siap terjangkit virus yang sama. “Penyakit ini mirip-mirip penyakit demam berdarah pada manusia,” ungkap Surianto.

Penulis : Adhi

 

 

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU