Orang Tua Merokok, Pemicu Dominan Stunting di Bombana
RUMBIA, LENTERASULTRA.COM-Pemerintah Kabupaten Bombana mengonfirmasi adanya 2 ribuan anak yang masuk kategori stunting di daerah itu. Mereka dari usia 0-23 bulan, dan 2-5 tahun. Tahu penyebab utamanya? Ternyata, faktor paling determinan pemicu banyaknya anak yang mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangannya karena adanya orang tua yang jadi perokok aktif di dalam rumah.
“Ini berdasarkan temuan petugas setelah melakukan kunjungan rumah pada saat intervensi serentak pencegahan stunting melalui pengukuran Dor to dor di Kabupaten Bombana,” jelas Pj Bupati Bombana, Edy Suharmanto. Ia menjelaskan, dari 335 kasus stunting, 229 orang tua balita kasus stunting adalah perokok aktif. Faktor lainnya adalah masih kurangnya kepemilikan jamban sehat dan air bersih.
Demi mencegah terus meningkatnya angka stunting, Pemkab Bombana mengalokasikan anggaran yang cukup besar di APBD 2024 yakni mencapai Rp 16,6 M. Dengan anggaran sebesar itu, sederet rencana taktis disiapkan pemerintah demi menyelamatkan generasi Bombana dari stunting dimasa depan. “Ada 248 Posyandu yan setiap bulan diaktifkan untuk rutin melakukan penimbangan berat badan terhadap anak-anak itu,” jelas Edy.
Langkah lainnya yang tak kalah menarik adalah menyiapkan fasilitas Kesehatan berkualitas di Puskesmas, agar ibu hamil bisa melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Tidak hanya itu, semua Puskesmas wajib menyediakan ambulance yang selalu siaga untuk memperlancar proses rujukan pasien bersalin.
“Termasuk didalamnya rujukan Balita dengan masalah gizi. Kita juga memastikan, semua Puskesmas di Bombana ini terakreditasi demi menjaga mutu pelayanan Kesehatan baik dalam maupun luar Gedung,” terang Pj Edy.
Dari hasil analisis petugas, masih tingginya angka stunting karena pola hidup bersih dan sehat alias (PHBS) yang masih rendah serta angka kunjungan ibu melahirkan ke Posyandu masih kurang. Padahal, langkah awal pencegahan dan penanganan stunting ini bisa dilaksanakan di Posyandu, baik melalui pemantauan status gizi, konseling gizi maupun penyuluhan lainnya.
“Makanya, pemerintah mengambil langkah dengan menjadikan syarat pencairan dana desa itu berdasarkan kunjungan masyarakat ke Posyandu, harus diatas 95 persen,” urai Edy Suharmanto. Selain itu, upaya pencegahan lainya adalah dengan melakukan sosialisasi rumah pangan B2SA alias beragam, bergizi, seimbang dan aman.
Sumber daya manusia yang bekerja di garda depan mengurusi masalah stunting juga mendapatkan perhatian pemerintah. Makanya, selalu dilakukan pelatihan kompetensi dasar Posyandu bagi petugas dan promosi kesehatan di Puskesmas.
“Kita juga rutin menggelar kegiatan aksi rembuk stunting dengan seluruh pemangku kepentingan yang terkait,” terang Pj Bupati yang sudah sembilan bulan menjabat tersebut. Pemerintah Kabupaten Bombana juga meningkatkan pemberdayaan keluarga sejahtera dan pendampingan keluarga yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB). Langkah lainnya adalah penyediaan gizi dalam hal ini oleh Dinas Pertanian dengan memperluas penyebaran benih padi tinggi kandungan protein yang sekarang dalam tahap pengembangan.
“Kita juga memperluas cakupan kegiatan gemar makan ikan di Masyarakat. Saat ini, sudah terlaksana terhadap 1072 keluarga, dari 5980 keluarga sasaran berisiko stunting,” beber Edy Suharmanto. Pihaknya juga meningkatkan jumlah penerima bantuan sosial, khususnya keluarga berisiko stunting.(adv)