406 Sapi di Bombana Mati, Virusnya Diduga Terjangkit dari Konsel
BOMBANA, LENTERASULTRA.COM-Ratusan ekor sapi di tiga kecamatan di Kabupaten Bombana dilaporkan mati di waktu yang nyaris bersamaan. Totalnya 406 ekor. Dinas Pertanian setempat sudah turun tangan mencari tahu penyebab utama ternak warga itu dijemput ajal secara berjamaah. Sejauh ini, belum bisa disimpulkan pemicu utamanya. Instansi ini masih menduga jika ratusan ternak sapi itu mati akibat terjangkit virus Jembrana.
Indikasi ini didasarkan dengan gejala yang dialami ratusan ternak itu sebelum mati, sama dengan ciri-ciri penyakit akibat virus Jembrana. Meski demikian, penyakit sapi yang awalnya ditemukan di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali ini bukan kasus baru di Bombana. Sejak Maret 2024 lalu, virus ini ternyata sudah pernah ada dan menjangkiti ternak warga. 5 ekor sapi juga mati mendadak.
“Virus ini masuk di Bombana sekitar Maret 2024 ini. Pertama ditemukan di Desa Kalaero, Kecamatan Rarowatu Utara. Saat itu, ada 5 ekor sapi yang mati. Setelah dilakukan uji lab (laboratorium), 5 ekor sapi ini dipastikan mati karena positif terjangkit virus Jembrana. Disinimi awalnya penyakit Jembrana ini masuk di Bombana,” kata Surianto Wedda, Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Kabupaten Bombana, Sultra.
Kematian lima ekor sapi ini kemudian ditindaklanjuti petugas peternakan Dinas Pertanian. Mereka menelusuri asal sapi yang mati. Dari penelusuran petugasnya, terungkap jika sapi yang mati akibat virus Jembrana dibeli salah satu warga di Kalaore di salah satu kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan atau Konsel. Penduduk Kalaero ini, tertarik membeli sapi, karena dijual dengan harga murah alias dibawah harga standar.
“Per ekor dijual antara dua sampai tiga juta rupiah. Harga ini terbilang murah hingga menggiurkan peternak sapi di Bombana,” sambungnya. Sapi yang dibeli dari Konawe Selatan itulah yang diduga membawa dan menularkan virus Jembrana di Bombana. Pasca kematian 5 ekor sapi itulah, Dinas Pertanian meminta peternak sapi untuk tidak membeli sapi dari Konsel dengan harga murah. Sebab, sapi yang dijual terindikasi membawa penyakit.
Saran ini cukup manjur karena tidak ada lagi laporan kematian sapi dari kelompok peternak. “Kematian sapi akibat virus Jembrana ini sempat hilang selama empat bulan. Nanti bulan Juli lalu, ditemukan lagi. Sampai September ini mencapai 406 ekor. Untuk penyebabnya masih menunggu hasib pemeriksaan sampel darah dan organ dalam di Balai Veteriner Maros,” sambung Surianto.
Dengan banyaknya sapi yang mati dengan indikasi terjangkit virus Jembrana, Anto -sapaan akrab Surianto- kembali meminta seluruh peternak untuk tidak lagi tergiur membeli sapi dengan harga murah. Dia bahkan menegaskan agar seluruh peternak sapi di Bombana untuk tidak lagi membeli sapi dari luar Bombana. Terutama sapi jenis Bali. Sebab, virus Jembrana ini, hanya menjangkit sapi-sapi lokal atau sapi Bali saja, sementara sapi jenis lain seperti sapi limosin tidak ikut tertular.
Penulis : Adhi