Anak Penjual Ikan Asal Muna Menjadi Lulusan Terbaik IPDN
RAHA, LENTERASULTRA.COM – Anak penjual ikan asal Kelurahan Napabalano, Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna, Rasidin berhasil menjadi wisudawan terbaik Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Ia meraih predikat terbaik ketiga dari 1.992 praja IPDN angkatan 29 yang diwisuda tahun 2022.
Rasidin merupakan praja program sarjana terapan ilmu pemerintahan, IPDN. Ia berhasil
lulus dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,910 dengan predikat pujian (cum laude). Prosesi wisuda digelar hari ini, di Kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Kamis, 28 Juli 2022. Rasidin kini resmi menyandang gelar S.Tr.IP
Kepada Lenterasultra, Rasidin membenarkan kabar bahagia tersebut. Ia mengaku bangga dan bersyukur bisa berada di posisi terbaik.
“Alhamdulillah terbaik ketiga. Terbaik pertama dan kedua dari Jogja dan Jawa Timur,” jelasnya melalui pesan whatsapp, siang ini.
Kendati, dalam momen bahagia dan membanggakan itu, Rasidin tak didampingi orang terdekatnya. Kedua orang tuanya hanya menyaksikan detik-detik pengambilan sumpah melalui layar televisi.
“Kami nonton dari rumah saja di Tampo sama saudara-saudaranya Rasidin. Kami tidak berangkat karena Covid,” kata Juniati, Ibu kandung Rasidin kepada Lenterasultra.
Rasidin merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Juniati (52) dan La Ito (54). Juniati berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar sentral Laino, Raha. Adapun La Ito merupakan pekerja lepas. Ia membantu isterinya berdagang ikan jika sedang lowong sebagai tukang bangunan.
Dari hasil menjual ikan, Juniati mengaku hanya meraup pendapatan paling tinggi Rp300.000 perhari. Dari hasil keringat itulah biaya sekolah untuk Rasidin. “Anak saya sekolah dari hasil jual ikan di Laino,” begitu Juniati bilang.
Jumiati sesungguhnya tak bisa melafalkan sekolah tempat anaknya belajar. Ia memang tak tahu IPDN, lembaga pendidikan bergengsi tanah air itu. Kendati, Jumiati sendiri yang memberi informasi penerimaan praja di sekolah kedinasan tersebut kepada Rasidin, 2018 lalu.
Jumiati bercerita awal Rasidin bisa masuk IPDN. Saat itu, dirinya yang sedang menjual ikan dagangannya di pasar Laino disambangi oleh teman yang ingin meminjam uang senilai Rp300 ribu. Untuk keperluan biaya mengurus pendaftaran sekolah yang kelak justru menjadi tempat Rasidin menimba ilmu.
“Teman itu bilang, anaknya mau mendaftar disekolah yang kalau lulus tidak perlu lagi tes CPNS lagi. Saya tertarik dan pulang ke rumah memberi tahu anak saya soal sekolah itu,” katanya dengan lugu.
Saat menginformasikan hal itu, Rasidin langsung menebak jika yang dimaksud ibunya ialah IPDN. Namun kala itu, sambung Juniati, Rasidin menolak. “Dia bilang sudah tahu ada penerimaan sekolah itu, tapi dia bilang tidak usah karena kita tidak punya uang. Saat itu kami merasa minder,” jelasnya.
Singkat cerita, Rasidin akhirnya mencoba mendaftar secara online dan akhirnya dinyatakan lulus berkas. Selanjutnya Rasidin mengikuti seleksi yang digelar di Bandung. “Dia lulus tanpa biaya. Saya hanya keluar uang tidak sampai Rp5 juta. Itu untuk biaya transportasi sama bimbingan belajar,” paparnya.
Juniati menambahkan, Rasidin tamatan SDN 13 Napabalano, SMP 1 Napabalano dan SMA 1 Napabalano. Semasa sekolah itu, ia mengakui anaknya memang rajin belajar. Dimatanya sebagai Ibu, Rasidin adalah anak yang punya tekad dalam menimba ilmu.
Jumiati mengaku bangga. Orang ‘kecil’ seperti keluarganya bisa mencapai sekolah tinggi dan bahkan bisa beprestasi. Dia berharap, Rasidin bisa merubah nasib keluarga menjadi lebih baik. “Katanya dia mau tugas di Kementerian. Kalau kami orang tua, biar dimana saja yang penting dia sehat dan bisa berhasil,” jelasnya.
Ode