Tiga Desa dan Satu Puskemas di Lohia, Muna Terendam Banjir

1,260
Atas : Warga Desa Waara, Kec. Lohia mengungsikan sejumlah perabot rumah akibat banjir. (Dok.Pj Kades Waara). Bawah : Camat Lohia LM. Hajar Sosi memantau kondisi pemukiman warga yang tergenang banjir (Dok.Pribadi)

 

 

RAHA, LENTERASULTRA.COM – Tiga desa dan satu Puskesmas di Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara pagi tadi, Sabtu, 18 Juni 2022 terendam banjir. Intensitas hujan deras yang mengguyur sejak subuh dinihari hingga pukul 9.00 pagi menyebabkan air meluap ke pemukiman warga.

Camat Lohia, LM. Hajar Sosi mengaku memantau langsung sembilan desa di wilayahnya saat hujan deras pagi tadi. Ia menemukan setidaknya tiga titik pemukiman warga tergenang banjir.

“Sejak pagi tadi saya memantau dari Liangkabori sampai Loghiya. Ada tiga desa yang banjir yaitu di Waara, Mantobua dan Korihi. Bahkan Puskesmas juga ikut terendam,” jelasnya, Sabtu, 18 Juni 2022.

 

Air juga menggenangi halaman Puskesmas Waara. Foto : Istimewa

 

Ia menguraikan, genangan banjir paling tinggi terjadi di Dusun Lakuba, Desa Waara yang mencapai satu meter. Banjir itu menggenangi beberapa unit rumah yang berada didekat area penampungan air. Satu bangunan dan halaman Puskesmas Waara juga ikut terendam.

 

Related Posts

KPU Muna Fasilitasi Alat Peraga Kampanye Paslon

Sekda Muna Bantah Ada Intevensi ASN di Pilkada

KPU Tetapkan Lima Zona Kampanye Pilkada Muna

PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

Rumah warga di Desa Waara terendam banjir akibat hujat deras pagi tadi, Sabtu, 18 Juni 2022. Foto : Istimewa

 

 

“Kalau di Waara karena ada saluran yang longsor makanya aliran air ke penampungan di belakang Puskesmas terhalang. Akhirnya meluap ke rumah warga dan bagian belakang Puskesmas,” jelasnya.

Ia menambahkan, banjir juga menggenangi beberapa rumah di Desa Mantobua dan Korihi, meski ketinggian air hanya sampai betis orang dewasa. Kondisi paling mengkhawatirkan terjadi di Desa Korihi karena genangan air sampai menggerus permukaan jalan raya. Menurutnya, itu disebabkan tidak adanya saluran untuk mengalirkan air ke tempat lebih rendah yang jauh dari pemukiman.

“Mantobua dan Korihi masalahnya bukan drainase karena air justru tertampung dipembuangan akhir yang berada di tempat pemukiman itu. Mau dialirkan ke belakang ada gunung-gunung yang halangi, karena memang sudah kerendahan disitu (titik banjir). Makanya perlu ada resapan air,” terangnya.

Meski demikian, banjir tersebut terjadi hanya dalam waktu beberapa jam. Genangan air perlahan surut seiring intensitas hujan yang sudah mulai berkurang. Selain banjir, Hajar Sosi juga menyebut jembatan di Desa Loghiya juga dalam kondisi memrihatinkan. Ia menyebut perlu ada penanganan khusus agar banjir dan fasilitas publik bisa lebih aman jika hujan kembali turun dengan instensitas berat.

 

(Ode)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU