Perusahaan Denmark Siap Investasi Energi Hijau di Indonesia
JAKARTA – Indonesia dan Denmark sepakat memperkuat kerjasama di bidang energi hijau. Pemerintah Denmark mendukung Indonesia melakukan transisi energi.
Dalam rangka itu, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Denmark. Pertemuan ini menegaskan kembali kemitraan energi hijau tentang percepatan energi terbarukan baik di tingkat nasional maupun lokal.
Arifin mengatakan, Forum Energi B2B Indonesia-Denmark adalah platform yang tepat bagi entitas bisnis untuk mengeksplorasi prospek dan inisiatif pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi. Menurut dia, Denmark telah menjadi mitra penting dalam perjalanan Indonesia menuju transisi energi. Selain program bilateral yang sedang berjalan seperti Indonesia-Denmark Partnership Program (INDODEPP) dan Sustainable Island Initiatives (SII), beberapa perusahaan energi Denmark juga berencana untuk berinvestasi di Indonesia.
Proyek-proyek tersebut akan dilaksanakan oleh Copenhagen Infrasrukture Partners (USD700 juta), Vestas (USD400 juta), dan Howden (USD40 juta).
Melalui kemitraan kerjasama bilateral, Denmark telah menyelesaikan laporan studi mereka tentang RE Pipeline, serta hasil Studi Pra-FS pada Proyek EBT di Sulawesi Utara dan Riau. Studi-studi ini diselesaikan untuk menjembatani kesenjangan antara Rencana Energi Nasional dan Proyek EBT Provinsi.
“Dalam kemitraan tingkat provinsi lainnya, saya mencatat bahwa Pemerintah Denmark juga mendukung transisi energi di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Saya berharap proyek kemitraan semacam ini dapat direplikasi di provinsi atau daerah lain di Indonesia,” ujar Arifin.
Arifin mengatakan, telah melakukan pembicaraan secara bilateral dengan Menteri Kofod untuk membahas masalah dekarbonisasi dan komitmen pasca-COP26.
“Kami berdua sepakat tentang pentingnya kolaborasi internasional untuk mengejar kepentingan bersama dalam transisi energi. Oleh karena itu, saya mengapresiasi segala dukungan yang diberikan Pemerintah Denmark kepada Pemerintah Indonesia di bidang energi,” tuturnya.
Delegasi Denmark dipimpin Menteri Luar Negeri Denmark, H.E Jeppe Sebastian Kofod menjelaskan, kedatangan delegasi Denmark ke Indonesia ini merupakan wujud dan tindakan langsung kemitraan antara Denmark dengan Indonesia untuk melakukan transisi energi di tingkat nasional maupun provinsi.
“Hari ini kami mempresentasikan total 3 laporan bagaimana melakukan langkah-langkah transisi energi hijau. laporan pertama, Indonesia’s Renewable Energy Pipeline, menunjukkan bahwa untuk mencapai target 23 persen energi terbarukan pada tahun 2025 dapat dijangkau oleh sektor ketenagalistrikan,” paparnya.
Laporan kedua tentang Pre-feasibility studies for Renewable Energy di dua provinsi di Indonesia, yaitu Sulawesi Utara dan Riau, dari hasil laporan ini menunjukkan bahwa terdapat peluang bisnis untuk pengembangan energi terbarukan di kedua provinsi.
“Denmark berencana akan memperkuat kerja sama dengan provinsi lain dengan menambahkan lebih banyak provinsi sebagai mitra dalam Sustainable Island Initiative,” ujar Kofod dikutip dari asiatoday.id.
Kofod melanjutkan, komitmen pemprov Nusa Tenggara Barat terhadap net-zero adalah contoh kerja sama dengan provinsi yang baik sehingga dapat mempercepat perkembangan energi hijau.
Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah mengatakan, Provinsi NTB berjanji untuk menjadi provinsi terdepan dengan target net-zero emisi pada tahun 2050 dengan target 60 persen pangsa EBT di Lombok Grid pada 2030 dan 100 persen share EBT di NTB Grid pada 2040.
“Transisi ini akan didukung melalui kelanjutan yang kuat kerjasama energi antara Provinsi NTB dengan Danish Energy Agency dalam program Sustainable Island Initiative (SII). pada tahun 2050 serta mengaitkannya dengan investasi atau pembiayaan untuk membuat proyek menjadi realistis,” pungkas Zulkieflimansyah. (ATN)