Ekonomi Asia Mulai Bangkit, Aktivitas Manufaktur Berhasil Rebound

205
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

 

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Ekonomi di Asia secara perlahan mulai bangkit. Melansir dari asiatoday.id, aktivitas manufaktur rebound pada bulan September 2021 yang didorong pelonggaran oleh sejumlah negara selama pandemi Covid-19.

Laporan Bloomberg, Jumat (1/10/2021) indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) naik di seluruh negara Asia Tenggara seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Bahkan, indeks Indonesia melonjak melewati angka 50 atau melonjak 8,5 poin. Ini merupakan kenaikan bulanan terbesar sejak Juni 2020 lalu. Tak berbeda jauh, Thailand, Malaysia, dan Filipina juga menunjukkan perbaikan. Sementara Vietnam tidak berubah yakni di level 40,2.

Sedangkan Jepang, Taiwan dan Korea Selatan tetap dalam posisi yang aman pada bulan lalu. Taiwan masih memegang angka 54,7 dan terbaik di kawasan tersebut meskipun tergelincir dari realisasi Agustus 2021.

Asia Tenggara telah mengalami penurunan jumlah kasus dan jumlah kematian Covid-19 ketika negara-negara berlomba untuk vaksinasi dan pembatasan sosial untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Sementara Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina masih berada di peringkat terbawah dalam angka ketahanan Covid-19 terbaru yang dirilis Bloomberg.

Pemerintah negara tersebut mulai melonggarkan beberapa pembatasan sosial yang mengganggu produksi pabrik untuk memberikan stimulus ekonomi. Sebaliknya, indeks China turun menjadi 49,6 dari 50,1 pada Agustus 2021. Kondisi ini menandai kontraksi pertama sejak pandemi dimulai ketika krisis listrik memaksa pengurangan produksi pabrik.

Sub-indeks pesanan ekspor baru turun lebih jauh dari 46,7 menjadi 46,2 dari 46,7 karena produksi menumpuk. Tak hanya itu, tekanan pasokan global dan penyebaran virus varian delta telah memperlambat aktivitas manufaktur di sektor pembangkit tenaga listrik. Akibatnya, rantai pasokan global bermasalah dan biaya pengiriman juga menjadi tinggi.

Pembatasan listrik semakin memukul perekonomian China. Sebelumnya, pasar properti juga akibat kasus gagal bayar Evergrande Group menghadapi krisis utang. Ditambah lagi, harga komoditas yang tinggi dan tindak tegas pemerintah di sektor properti hingga internet.

Guna mengantisipasi itu, pemerintah akan terus memberikan dukungan kepada pelaku usaha seperti memotong rasio cadangan. Sambil menjaga kebijakan yang ketat untuk sektor properti dan pembiayaan pemerintah daerah. Hal ini dibarengi melemahnya daya beli konsumen akibat Covid-19. Kepala Penelitian Makro di CCB International Securities Ltd mengatakan, berbagai kendala itu telah mengganggu pasokan secara luas. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU