Tanpa Inovasi, Ekonomi Indonesia Bisa Ditinggal Filipina dan Vietnam
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia perlu melahirkan berbagai terobosan untuk memacu pemulihan ekonomi jika tidak ingin tertinggal jauh oleh negara-negara di ASEAN. Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), penataan ulang transformasi ekonomi pascapandemi sangat mendesak.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti memandang redesain transformasi ekonomi menjadi hal yang mendesak karena dibutuhkan pertumbuhan 6 persen untuk menjadi negara maju dan keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap), sebelum 2045.
“Urgensi dari redesain transformasi ekonomi ini, pertumbuhan 5 persen saja pasti tidak bisa membawa Indonesia lepas dari middle income trap sebelum 2045. Bahkan, tanpa redesain transformasi ekonomi, pendapatan per kapita Indonesia akan disalip Filipina pada 2037 dan Vietnam pada 2043, jika kita tidak akselerasi,” papar Amalia di forum diskusi virtual 50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi: CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045, Rabu (4/8/2021).
Oleh sebab itu, transformasi ekonomi dibutuhkan dan dilakukan dengan meningkatkan produktivitas melalui dua cara. Pertama, mengubah struktur perekonomian dari lower productivity menjadi higher productivity sectors, atau berbasis komoditas menjadi berbasis nilai tambah tinggi.
Kedua, dengan meningkatkan produktivitas di masing-masing sektor. Produktivitas menjadi kunci karena selama pandemi Covid-19 produktivitas menurun drastis. Hal itu ditandai salah satunya dengan semakin banyak tenaga kerja beralih ke sektor produktivitas rendah, atau sektor informal.
Indonesia sendiri memiliki target untuk menjadi negara maju dengan produk domesktik bruto (PDB) riil 5,7 persen dan PDB rill per kapita sebesar 5,0 persen, sebelum 2045. Visi tersebut tertuang pada “Visi Indonesia 2045 Menuju Negara Maju”.