Lion Air Group Rumahkan 8.000 Karyawan
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Lion Air Group terpaksa harus merumahkan sekitar 8.000 karyawannya menyusul pendapatan maskapai yang anjlok akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, kebijakan tersebut bukan merupakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
“Lion Air Group mengumumkan pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan karyawan, status tidak PHK, menurut beban kerja di unit masing-masing, yaitu kurang lebih persentase 25%-35% karyawan dari 23.000 karyawan,” kata Corporate Communications Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro dalam keterangan resmi, Sabtu (31/7/2021). Danang mengungkapkan, selama karyawan dirumahkan akan diadakan pelatihan secara virtual sesuai dengan bagian masing-masing. Keputusan ini berlaku sampai pemberitahuan lebih lanjut.
“Keputusan berat tersebut diambil bertujuan utama sebagai konsentrasi efektif dan efisien, sejalan mempertahankan bisnis yang berkesinambungan dan perusahaan tetap terjaga, merampingkan operasi perusahaan, mengurangi pengeluaran, dan merestrukturisasi organisasi di tengah kondisi operasional penerbangan yang belum kembali normal dari dampak pandemi Covid-19,” ungkap Danang, dikutip dari asiatoday.id.
Menurut Danang, Lion Air Group masih terus memantau, mengumpulkan data dan informasi emudian, mempelajari situasi yang terjadi, seiring mempersiapkan rancangan penyusunan cetak biru dan langkah lainnya yang akan diambil guna tetap menjaga kelangsungan hidup perusahaan, sekaligus meminimalisasi beban yang ditanggung selama pandemi Covid-19.
“Kondisi pendapatan maskapai sangat minimal, masih mempunyai komitmen finansial yang harus dipenuhi, terjadi pembatasan perjalanan dan pengurangan frekuensi sementara operasional pada rute-rute penerbangan tertentu serta biaya-biaya harus ditanggung masih cukup besar, Lion Air Group sedang menjalankan pemetaan agar lebih fokus penguatan di seluruh lini bisnis yang berdampak secara keseluruhan. Skema pemulihan ditempuh guna menjaga keberlangsungan usaha dan menjadikan bisnis berada pada sektor yang tepat,” jelas Danang.
Kondisi pasar dan jumlah penumpang yang mengalami penurunan, lanjut Danang, sehingga mengakibatkan jumlah frekuensi terbang faktanya juga menurun. (AT Network)