AS dan China Berebut Pengaruh melalui Diplomasi Vaksin Covid-19

671
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Asia Tenggara kini menjadi medan ‘pertempuran’ diplomasi vaksin Covid-19 yang melibatkan dua kekuatan dunia, Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara itu berupaya menunjukkan pengaruhnya secara kuat di kawasan itu. Washington dinilai telah bersaing dengan Beijing untuk memperdalam pengaruh geopolitik melalui apa yang disebut sebagai diplomasi vaksin.

Diplomasi untuk kepentingan kekuasaan geopolitik itu terasa, meskipun secara resmi berbagi vaksin disebutkan untuk menyelamatkan nyawa dan mengakhiri pandemi Covid-19. Jauh sebelum AS, China telah lebih dulu menjalankan diplomasi vaksin di Asia Tenggara. Kini, giliran Amerika Serikat (AS) yang melakukannya. Negeri Paman Sam akan mendonasikan jutaan dosis vaksin Covid-19 untuk seluruh negara di Asia Tenggara.

Langkah AS ini untuk menyelamatkan negara di  kawasan yang kini tengah dicengkram wabah Covid-19. Tahap pertama, AS akan mengirimkan 4 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna Inc ke Indonesia. Rencana itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan kepada Menteri Luar Negeri Indonesia, Jumat (2/7/2021).

“Dalam panggilan telepon dengan Retno Marsudi, Jake Sullivan mengatakan dosis akan dikirimkan melalui program berbagi vaksin global Covax sesegera mungkin,” demikian pernyataan Gedung Putih, dikutip dari asiatoday.id.

Sullivan mengatakan donasi itu menggarisbawahi dukungan Amerika Serikat untuk rakyat Indonesia dalam memerangi lonjakan kasus Covid-19. Kedua pejabat tersebut juga membahas rencana AS untuk meningkatkan bantuan untuk upaya respons Covid-19 Indonesia yang lebih luas.

“Sullivan menyoroti pentingnya tempat pemerintahan Biden-Harris di Indonesia, Asia Tenggara dan mengakhiri pandemi secara lebih luas dan menjanjikan dukungan berkelanjutan dan keterlibatan tingkat tinggi,” sambung pernyataan itu.

Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan telah berjuang melawan salah satu wabah virus corona terburuk di Asia. Indonesia telah mencatat rekor infeksi baru pada 8 dari 12 hari terakhir, termasuk 25.830 kasus pada hari Jumat, dan rekor 539 kasus kematian.

Indonesia sebagian besar mengandalkan vaksin dari Sinovac Biotech China, tetapi telah berupaya mendiversifikasi sumber pasokan. Penny K. Lukito, Kepala Badan Obat dan Makanan (BPOM), mengatakan sebelumnya pada hari Jumat bahwa pihaknya mengizinkan vaksin Moderna untuk penggunaan darurat.

Bulan lalu, pemerintahan Biden berjanji untuk membagikan 80 juta vaksin awal buatan AS secara global di tengah kekhawatiran tentang perbedaan tingkat vaksinasi antara negara maju dan berkembang.

Selain Indonesia, AS juga mendonasikan  satu juta dosis sumbangan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan Biontech yang akan tiba di Malaysia pada Senin (5/7/2021).

Dosis tersebut berasal dari paket awal 80 juta vaksin buatan AS yang dijanjikan pemerintahan Biden bulan lalu untuk dibagikan secara global di tengah kekhawatiran tentang perbedaan tingkat vaksinasi antara negara maju dan berkembang.

Edgard Kagan, direktur senior untuk Asia Timur di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan bahwa Amerika Serikat membagikan vaksin yang aman dan efektif dengan Malaysia pada saat dibutuhkan. AS akan melakukan pengiriman lebih lanjut ke wilayah tersebut dalam waktu dekat.

Pejabat lain mengatakan Amerika Serikat bekerja secepat mungkin untuk memberikan vaksin tambahann melintasi Asia Tenggara. Selain Indonesia dan Malaysia, Amerika Serikat telah mengumumkan rencana untuk memberikan vaksin ke Filipina, Vietnam, Thailand, Laos, Papua Nugini, dan Kamboja.

Secara pragmatis, diplomasi vaksin menguntungkan kedua belah pihak. AS dan negara penerima vaksin mendapat manfaatnya masing-masing. Begitu juga dengan diplomasi vaksin yang dijalankan China terhadap negara yang dibantunya.

Bagi negara-negara penerima bantuan, AS juga China adalah sama-sama donatur vaksin. Tapi, halnya menjadi berbeda jika dikaitkan dengan keharusan memilih salah satu dari keduanya.

Hingga saat ini, banyak negara masih bimbang apakah harus memilih Paman Sam yang tua tapi berpengaruh atau berpihak kepada Beijing yang muda namun agresif. Sejauh ini cara paling aman adalah bermitra dengan keduanya. Memilih hanya salah satu dari keduanya bisa mendatangkan konsekuensi yang tidak sederhana, bahkan bisa berdampak pada instabilitas kawasan. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU