Limbah Makanan di Indonesia Hasilkan Emisi Karbon Sebesar 1.702,9 Megaton

157
Related Posts
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Kementerian PPN/Bappenas bersama Waste4Change baru saja meluncurkan hasil kajian Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia dalam forum Webinar bertajuk ‘Strategi Pengelolaan FLW untuk Mendukung Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon’ pada Rabu (9/6/2021). Peluncuran kajian ini didukung oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia serta United Kingdom Foreign, Commonwealth, and Development Office (UKFCDO).

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan diperlukan lompatan yang besar terhadap pola ketersediaan pangan di Indonesia akibat dari permintaan kebutuhan pangan yang tinggi, sementara ketersediaan pangan terbatas akibat pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19.

“Untuk itu, identifikasi Food Loss & Waste yang ada di Indonesia menjadi penting agar kita dapat merencanakan serta mengembangkan upaya-upaya untuk memperkecil gap tersebut,” jelasnya dalam siaran pers, Kamis (10/6/2021).

Suharso menerangkan, hasil kajian menunjukkan timbulan FLW menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun. Di sektor lingkungan, pada periode 2000-2019 atau selama 20 tahun lamanya, timbulan FLW di Indonesia mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kg per kapita per tahun.

Dalam periode yang sama, timbulan ini juga menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1.702,9 Megaton CO2, ekuivalen atau setara dengan 7,29 persen rata-rata emisi GRK Indonesia per tahun. Dari kacamata sosial, kandungan energi yang hilang akibat FLW diperkirakan setara dengan porsi makan 61 juta-125 juta orang per tahun.

Data juga menunjukkan bahwa timbulan FLW didominasi oleh jenis padi-padian yakni beras, jagung, gandum, dan produk terkait, sementara jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien adalah sayur-sayuran, di mana kehilangannya mencapai 62,8 persen dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.

“Dengan menyajikan sejumlah hasil analisis yang bersifat evidence-based, kajian Food Loss and Waste di Indonesia ini menjadi pedoman dan referensi bagi para pengambil kebijakan sehingga implementasi pembangunan rendah karbon di Indonesia dapat memenuhi target yang telah ditetapkan,” ujar Suharso, dikutip dari asiatoday.id.

Dia menambahkan, hasil kajian juga diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk penyusunan kebijakan guna membantu mewujudkan komitmen Indonesia dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

“Kondisi pandemi yang masih terus berlangsung mendorong kami untuk memanfaatkan momentum pemulihan nasional pascapandemi Covid-19 untuk membangun kembali Indonesia secara lebih baik dan berkelanjutan, salah satunya dimulai dengan transisi bertahap dari ekonomi konvensional menuju ekonomi sirkular, termasuk di dalamnya isu Food Loss and Waste,” tandasnya. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU