Ekspor Indonesia Melejit pada April 2021, Perdagangan Global Capai Rekor

780
Related Posts
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

 

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia mencatatkan nilai ekspor yang fantastis pada April 2021 yang mencapai USD18,48 miliar. Nilai ini tumbuh 0,69 persen dibanding nilai ekspor pada Maret 2021 sebesar USD18,35 miliar (month-to-month/mtm). Namun jika dibandingkan dengan April 2020 yang sebesar USD12,16 miliar, peningkatannya sangat besar mencapai 51,94 persen (year-on-year/yoy).

“Performa ekspor Indonesia pada April 2021 sangat bagus karena adanya peningkatan permintaan global dan kenaikan harga berbagai komoditas. Kita harapkan ini bisa terjaga dan terus meningkat,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam pemaparan kondisi Neraca Perdagangan April 2021, dikutip dari asiatoday.id. 

Nilai ekspor nonmigas mencapai USD17,52 miliar, tumbuh 0,44 persen dibandingkan Maret 2021. Sedangkan ekspor migas sebesar USD0,96 miliar atau tumbuh 5,34 persen. Jika dibandingkan dengan April 2020, ekspor nonmigas tumbuh 51,08 persen dan ekspor migas tumbuh 69,60 persen.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Indonesia antara lain tujuan China yang tumbuh USD201,2 juta, Swiss USD166,6 juta, Korea Selatan USD119,9 juta, Taiwan USD118,4 juta dan Malaysia USD72,8 juta. Sedangkan penurunan ekspor terbesar terjadi pada India sebesar USD123,8 juta. Dengan nilai ekspor tersebut, maka total ekspor periode Januari – April 2021 mencapai USD67,38 miliar, tumbuh 24,96 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020.

Sementara itu, pemulihan perdagangan global dari krisis Covid-19 mencapai rekor tertinggi pada kuartal pertama 2021, yang tumbuh 10 persen dari tahun ke tahun dan 4 persen dari kuartal ke kuartal.

Berdasarkan laporan terbaru United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), rebound yang mengesankan pada kuartal pertama 2021 terus didorong oleh kinerja ekspor yang kuat dari ekonomi Asia Timur, yang keberhasilan awal dalam mitigasi pandemi memungkinkan mereka untuk pulih lebih cepat dan memanfaatkan permintaan global yang meningkat untuk produk terkait pandemi.

“Perdagangan global telah mencatat pemulihan yang lebih cepat dari resesi yang disebabkan oleh pandemi dibandingkan dalam dua resesi perdagangan terakhir,” kata ekonom UNCTAD Alessandro Nicita, dalam keterangan resminya, Kamis (20/5/2021).

Dikatakan, butuh empat kuartal setelah dimulainya resesi yang dipicu pandemi untuk perdagangan dunia kembali ke tingkat pra-resesi. Pada kuartal kelima, yakni triwulan pertama 2021, perdagangan global lebih tinggi daripada tingkat sebelum krisis, dengan peningkatan sekitar 3 persen dibandingkan dengan Kuartal 4 tahun 2019.

Sebaliknya, perdagangan global membutuhkan waktu 13 kuartal untuk pulih dari resesi 2015, yang diakibatkan oleh perubahan struktural di ekonomi Asia Timur dan penurunan harga komoditas, sedangkan pada krisis keuangan 2009, butuh sembilan kuartal untuk bangkit kembali dari resesi. Laporan tersebut mengatakan pada kuartal I/ 2021 nilai perdagangan barang lebih tinggi daripada tingkat sebelum pandemi, tetapi perdagangan jasa tetap jauh di bawah rata-rata.

“Perdagangan global produk terkait Covid-19 tetap kuat selama kuartal tersebut,” katanya.

Sementara itu, tren impor dan ekspor menunjukkan perdagangan di negara-negara besar pulih sejak musim gugur 2020. Namun, kenaikan besar ini disebabkan oleh dasar yang rendah pada 2020 dan perdagangan di banyak negara besar masih di bawah rata-rata 2019.

Laporan tersebut juga menemukan tren pemulihan yang lebih kuat untuk barang relatif terhadap jasa umum terjadi di semua ekonomi utama. Ini menunjukkan bahwa China, India, dan Afrika Selatan bernasib relatif lebih baik daripada negara-negara besar lainnya selama kuartal pertama tahun ini.

Ekspor China, khususnya, mencatat peningkatan yang kuat tidak hanya dari rata-rata 2020 tetapi juga dalam kaitannya dengan tingkat sebelum pandemi. Sebaliknya, ekspor dari Rusia tetap jauh di bawah rata-rata 2019. Namun demikian, pemulihan perdagangan tetap tidak merata, terutama di antara negara-negara berkembang, dengan ekspor dari Asia Timur pulih secara substansial lebih cepat.

Perekonomian Asia Timur juga berada di belakang pemulihan perdagangan antar negara berkembang (perdagangan Selatan-Selatan). Ketika angka perdagangan dari negara berkembang Asia Timur dikecualikan, perdagangan Selatan-Selatan tetap di bawah rata-rata.

Pada kuartal I/2021 nilai ekspor tetap di bawah rata-rata untuk negara-negara dengan perekonomian dalam transisi, Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika. Meskipun ekspor Amerika Selatan meningkat relatif terhadap Kuartal I/2020, ekspor tersebut  tetap di bawah rata-rata 2019. Ditemukan juga bahwa pada tiga bulan peryama 2021, nilai impor dan ekspor barang negara berkembang secara substansial lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dan 2019 sekitar 16 persen.

Selain itu, perdagangan terus pulih tidak hanya di sektor-sektor yang terkait dengan Covid-19, seperti farmasi, komunikasi dan peralatan kantor, tetapi juga sektor lain seperti mineral dan agrifood. Sebaliknya, sektor energi terus tertinggal dan perdagangan internasional dalam peralatan transportasi tetap jauh di bawah rata-rata. Laporan tersebut memperkirakan bahwa perdagangan akan terus tumbuh pada 2021, dengan penguatan lebih lanjut pada paruh kedua tahun ini.

“Pertumbuhan perdagangan diperkirakan akan tetap lebih kuat untuk Asia Timur dan negara-negara maju, sementara masih tertinggal untuk banyak negara lain,” kata laporan itu.

Perkiraan keseluruhan untuk 2021 menunjukkan peningkatan sekitar 16 persen dari titik terendah tahun 2020 (19 persen untuk barang dan 8 persen untuk jasa). Nilai perdagangan barang dan jasa global diperkirakan akan mencapai USD6,6 triliun pada kuartal kedua 2021, setara dengan peningkatan dari tahun ke tahun sekitar 31 persen relatif terhadap titik terendah 2020 dan sekitar 3 persen relatif terhadap level 2019. Namun, prospek positif sebagian besar bergantung pada pengurangan pembatasan pandemi, tren positif yang bertahan dalam harga komoditas, pembatasan keseluruhan dari kebijakan proteksionis perdagangan dan kondisi makroekonomi dan fiskal yang mendukung.

“Paket stimulus fiskal, terutama di negara-negara maju, diperkirakan akan sangat mendukung pemulihan perdagangan global sepanjang 2021. Nilai perdagangan global juga akan naik karena tren positif di seluruh harga komoditas,” lanjut laporan itu. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU