China, Negara Pertama di Dunia yang Terbitkan Mata Uang Yuan Digital
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – China menjadi negara pertama di dunia yang sudah menerbitkan mata uang digital Yuan. Proyek ini telah dikerjakan sejak 2014. Dikutip dari asiatoday.id, Bank Rakyat China (PBOC) menjadi ujung tombak yang menangani proses lahirnya Yuan digital, yang juga disebut mata uang digital bank sentral (CBDC) yang bertujuan untuk menggantikan uang tunai yang beredar. Di tengah uji coba nyata yang sedang berlangsung di negara dengan tingkat ekonomi terbesar kedua di dunia itu, publik pun mulai mengajukan beberapa pertanyaan berikut terkait yuan digital atau nama resminya, Mata Uang Digital Pembayaran Elektronik (DCEP).
Yuan digital adalah cara efektif bagi bank sentral di China untuk mendigitalkan uang kertas dan koin yang umumnya beredar dan dijadikan alat transaksi konvensional. Hal ini dilatarbelakangi oleh perkembangan pasar China yang memang sudah sangat maju dalam rutinitas pembayaran non tunai. Yuan digital akan menjadi cara untuk mempercepat proses itu secara menyeluruh.
“Penggunaan uang tunai semakin berkurang. Akhirnya, uang tunai akan digantikan oleh sesuatu dalam format digital. Itulah salah satu pendorong besar di balik ini,” kata Yan Xiao, Pemimpin Proyek perdagangan digital di Forum Ekonomi Dunia, dilansir dari CNBC, Senin (12/4/21).
Mengapa Yuan digital diperkenalkan?
Fan Yifei, Wakil Gubernur Bank Rakyat China (PBOC), mengatakan tahun lalu bahwa ada “kebutuhan mendesak untuk mendigitalkan uang tunai dan koin, karena produksi dan penyimpanannya saat ini memiliki biaya yang tinggi. Dalam sebuah artikel yang dipublikasi Yicai Global, Fan mengatakan uang tunai dan koin tidak mudah digunakan, mudah dipalsukan, dan karena anonimitasnya, dapat digunakan untuk tujuan terlarang.
Sementara Bank Rakyat China melihat sejumlah manfaat dari yuan digital. Fan menguraikan bagaimana yuan digital dapat membuat pembayaran lebih efisien dan meningkatkan transmisi kebijakan moneter. Fan juga berpendapat bahwa yuan digital dapat membantu stabilitas keuangan melalui sistem “anonimitas yang dapat dikontrol.”
Di sinilah pembayaran akan menjadi anonim sampai taraf tertentu, tetapi alat analisis data dapat membantu bank sentral menangkap kegiatan yang dinilai ilegal. Alasan lain di balik upaya Bank Rakyat China adalah untuk meningkatkan persaingan di ruang pembayaran dan mengurangi risiko sistemik. Arena pembayaran digital China sebelumnya sudah didominasi oleh Alipay, yang dijalankan oleh afiliasi Alibaba Ant Group, serta WeChat Pay, yang dijalankan oleh raksasa internet Tencent.
“Sistem yang ada (saat ini) dimiliki oleh perusahaan swasta. Jika pembayaran Alipay atau WeChat bangkrut, yang (sebenarnya) sangat tidak mungkin, itu (akan) menciptakan risiko sistematis,” jelas Linghao Bao, analis di Trivium China.
“Alasan terbesar mereka (Bank Rakyat China) melakukan ini adalah untuk menyamakan kedudukan. Alasan lainnya adalah mungkin membuat platform sistem pembayaran baru yang akan meningkatkan efisiensi,” tambahnya.
Bagaimana distribusi dan uang tersebut akan dibelanjakan?
Distribusi akan dilakukan melalui apa yang disebut sistem dua tingkat. Artinya, Bank Rakyat China (PBOC) akan mendistribusikan yuan digital ke bank komersial. Bank komersial kemudian akan bertanggung jawab untuk menyerahkan mata uang tersebut ke tangan tiap konsumen. Tahap ini dapat mencakup layanan yang memungkinkan konsumen menukar koin dan uang tunai mereka dengan yuan digital.
China telah memberikan mata uang digital senilai jutaan dolar dalam uji coba dunia nyata di sejumlah kota termasuk Shenzhen, Chengdu, dan Suzhou. Proses ini melibatkan pemerintah daerah yang membagikan sejumlah yuan melalui program undian. Pengguna biasanya harus mengunduh aplikasi terpisah untuk menerima mata uang tersebut. JD.com, salah satu pemain e-commerce terbesar di China, menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam uji coba dan memungkinkan pelanggan untuk membeli item dengan yuan digital tersebut.
Pada titik ini, belum jelas bagaimana pengguna dapat memegang dan membelanjakan yuan digital secara langsung ketika diluncurkan secara nasional. Bentuk pembayaran seluler paling populer di China mengandalkan kode respons cepat (QR). Pengguna dapat menampilkan kode batang ini di aplikasi Alipay atau WeChat mereka di toko dan pihak di lain sisi akan memindainya.
Kemungkinan bank komersial dapat mengintegrasikan fungsi serupa ke dalam aplikasi mereka. Lalu, Alipay dan WeChat Pay dapat menyediakan bagian dari aplikasi mereka yang didedikasikan untuk yuan digital. Sementara itu, pengembang smartphone juga dapat membuat fitur dompet yuan digital untuk perangkat mereka.
“Menarik untuk melihat bagaimana perusahaan telepon (genggam) memanfaatkan kesempatan untuk menjadi pemain (dari sistem) pembayaran di pasar,” kata Xiao.
Berbeda dengan Xiao, Yifei dari Bank Rakyat China lebih menyoroti bagaimana bank komersial sudah memiliki infrastruktur untuk mendistribusikan yuan digital dan lebih baik mereka yang melakukannya daripada bank sentral. “Membangun sistem terpisah akan sangat menyia-nyiakan sumber daya yang ada,” katanya.
Apakah ada kaitannya dengan persaingan di antara pengembang teknologi raksasa?
Seperti dikutip dari CNBC, dalam beberapa hal, yuan digital ini dirancang untuk meningkatkan persaingan dengan Alipay dan WeChat Pay yang sudah ada lebih dulu tetapi tidak untuk menggantikan mereka sepenuhnya.
“Menurut saya, yuan digital bukanlah pesaing langsung Alipay atau WeChat Pay tetapi platform baru yang memungkinkan pemain lain masuk dan bersaing dengan WeChat dan Alipay,” kata Bao dari Trivium China. “Itu bisa jadi bank komersial atau perusahaan pembayaran lainnya.”
Jawabannya adalah tidak. Bitcoin merupakan mata uang crypto yang terdesentralisasi. Artinya, tidak dikendalikan oleh otoritas pusat seperti bank sentral, tidak seperti yuan digital yang akan dikeluarkan secara resmi oleh Bank Rakyat China. Bitcoin juga dibangun di atas teknologi yang dikenal sebagai blockchain. Sedangkan pada titik ini, belum jelas komposisi teknis seperti apa yang akan dimiliki yuan digital.
Apabila salah satu nilai promosi dari bitcoin adalah anonimitas mata uang digital, sementara yuan digital lebih fokus untuk mengembangkan “anonimitas yang dapat dikontrol” oleh Bank Rakyat China sebagai satu-satunya pihak ketiga. Meskipun, sistem ini menurut beberapa komentator dapat digunakan untuk meningkatkan pengawasan terhadap warga negara.
Pada uji coba nyata saat ini, yuan digital memang difokuskan hanya untuk tingkat domestik sementara penggunaan internasional belum menjadi prioritas. Namun China disebut telah mendorong internasionalisasi yuan dan beberapa komentator telah melihat yuan digital sebagai cara untuk melakukan itu.
Pernyataan tersebut didukung dengan bukti bahwa Bank Rakyat China telah meletakkan dasar untuk mata uang digital yang dapat digunakan dalam transaksi lintas batas. Hal ini merujuk pada bergabungnya Bank Rakyat China dengan bank sentral dari Thailand, Uni Emirat Arab, dan Hong Kong untuk mengeksplorasi proyek pembayaran lintas batas mata uang digital bersama bulan lalu. (ATN)