Arkeolog Temukan ‘Kota Emas’ di Mesir, Jejak Kekaisaran Firaun
KAIRO, LENTERASULTRA.COM – Sebuah penemuan bersejarah ditorehkan oleh para Arkeolog. Pasalnya, para arkeolog baru saja menemukan saki baki, sebuah kota kuno di padang pasir Luxor yang diklaim sebagai penemuan terbesar yang pernah terjadi di Mesir. Ahli Arkeologi ternama di Mesir, Zahi Hawass mengumumkan penemuan ‘Kota Emas’ yang hilang itu merupakan kediaman Raja di era kerajaa Firaun. Posisinya berada di bawah reruntuhan pasir.
“Penemuan kota yang hilang ini adalah penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun,” kata Betsy Bryan, seorang profesor Egyptology di Universitas Johns Hopkins dan anggota misi arkeologi tersebut, dalam pernyataan, seperti dikutip dari GulfNews Minggu (11/4/2021).
“Penemuannya akan memberi kita gambaran yang langka tentang kehidupan orang Mesir kuno ketika kekaisaran itu berada pada posisi terkaya,” ujarnya, dikutip dari asiatoday.id.
Kota yang hilang itu adalah yang terbaru dari serangkaian penemuan arkeologi yang digali dalam beberapa bulan terakhir di seluruh negeri yang membawa pemahaman baru tentang dinasti yang menguasai Mesir kuno. Pemerintah Mesir berharap temuan semacam itu akan mendukung industri pariwisata yang sangat penting di negara itu, yang dalam beberapa tahun terakhir terpukul oleh pandemi virus corona, serangan militan Islamis, dan ketidakstabilan politik.
Aten menjadi salah satu situs yang paling menjanjikan dan signifikan dari penemuan baru-baru ini.
“Dalam beberapa minggu, tim sangat terkejut, formasi batu bata lumpur mulai muncul ke segala arah,” lanjut pernyataan tersebut.
“Apa yang mereka gali adalah situs kota besar dalam kondisi baik, dengan tembok yang hampir lengkap, dan kamar-kamar yang penuh dengan peralatan kehidupan sehari-hari.”
“Lapisan arkeologi memiliki hal tak tersentuh selama ribuan tahun, ditinggalkan oleh penduduk kuno seolah-olah baru kemarin,” sambung pernyataan para arkeolog.
“Banyak misi luar negeri mencari kota ini dan tidak pernah menemukannya,” papar Zahi.
Kota ini aktif pada masa pemerintahan Amenhotep III serta selama menjadi co-regency bersama putranya, Amenhotep IV, yang juga dikenal sebagai Akhenaton. Kota itu kemudian digunakan oleh Tutankhamun dan penggantinya, Raja Ay.
Hawass mengatakan jalan-jalan kota diapit oleh rumah-rumah, beberapa di antaranya memiliki tembok setinggi hampir 10 kaki. Masih menurut pernyataan mereka, tim arkeologi menentukan tanggal pemukiman tersebut melalui prasasti hieroglif yang ditemukan di bejana anggur, cincin, scarab, tembikar, dan batu bata lumpur dengan segel cartouche Raja Amenhotep III.
Sejauh ini, beberapa daerah kantong kota telah ditemukan. Di bagian selatan, para arkeolog menemukan toko roti dan dapur besar lengkap dengan oven dan tembikar untuk menyimpan makanan. Mereka juga menemukan distrik administrasi dan pemukiman yang dipagari oleh dinding zigzag dengan hanya satu pintu masuk, menunjukkan itu untuk memberikan keamanan.
Di area ketiga ada bengkel. Tim menemukan cetakan-cetakan untuk menghasilkan jimat dan ornamen, yang tampaknya untuk kuil dan makam. (ATN)