From Zero to Hero ala Donny Susilo, Mahasiswa Berprestasi di Negeri Formosa
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – From Zero to Hero. Begitulah kisah perjalanan Donny Susilo, mahasiswa asal Indonesia yang sukses meraih prestasi di negeri formosa, tepatnya di Asia University, Taiwan. Dikutip dari asiatoday.id, Donny bercerita, semua orang memiliki mimpi yang besar. Sejak kecil, kita kerap ditanya apa cita-cita saat sudah dewasa nanti?
Ada yang menjawab ingin menjadi dokter, presiden, guru, insinyur, pengusaha dan lain sebagainya. Demi mencapai cita-cita tersebut, orang tua akan memberikan dukungan penuh mulai dari menyekolahkan di tempat yang terbaik dan berstandar internasional, memberikan guru les yang terbaik, fasilitas belajar yang canggih dan bahkan lingkungan belajar yang sangat kondusif.
“Hampir setiap hari bertengkar dengan teman sekolah, belajar ala kadarnya saja bahkan sering teralihkan fokusnya karena orang tua saya membuka bisnis persewaan playstation”, ujarnya.
Hal yang sangat menggelitiknya dan tidak terlupakan hingga sekarang adalah ketika ia menghadapi suatu ujian di kelas.
“Guru sudah memberitahu dengan pelan-pelan bahwa jawaban saya salah, saya pun segera menggantinya, namun ternyata jawaban saya tetap salah dan akhirnya alhasil, saya mendapatkan nilai 30”, ujar Donny dengan tersenyum.
Donny mengatakan “di sekolah, saya susah mendapatkan teman dan saya selalu merasa menjadi yang terburuk di kelas, itu terus berlangsung sekian lama hingga akhirnya saya takut akan masa depan saya sendiri.”
Biasanya orang-orang akan berusaha mendapatkan nilai terbaik untuk mengangkat harga dirinya, tidak peduli apakah mereka suka atau tidak dengan pelajaran tersebut, dan mereka pun juga belum tentu tahu apa manfaat dari kelas tersebut untuk karir mereka kelak.
“Padahal passion adalah kunci dari segala kunci dalam kesuksesan” kata Donny.
Ketika kita menyukai apa yang kita pelajari, disanalah 90 persen kemungkinan kita akan belajar dengan baik,” tambahnya.
Selain itu, hal lainnya yang menarik bagi Donny adalah bahwa orang-orang pintar biasanya selalu bersikap rendah hati dalam belajar, mereka selalu penasaran dan mencari tahu dari berbagai sumber mengenai suatu hal yang ingin mereka dalami, mereka tidak pernah merasa puas dengan informasi yang sudah dimiliki, dan selalu melakukan search and confirm untuk mendapatkan fakta utuh dari sebuah pengetahuan.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan orang-orang yang berorientasi pada prestasi di atas kertas. Mereka sangat percaya diri dengan pemikirannya dan hanya fokus untuk mencari perhatian. Pada akhirnya mereka akan terbatasi oleh dirinya sendiri sehingga kemudian menjadi tebal telinga dan tidak mau memproses informasi baru lagi.
Oleh karena itu Donny Susilo, MBA yang telah menyelesaikan studi MBA nya dengan beasiswa penuh di Asia University, Taiwan ini memberikan tips nya kepada generasi agar jangan terlalu cepat merasa pintar dan terus gali informasi mengenai apa yang disukai, bahkan profesor pun juga melakukan hal yang sama setiap harinya, mereka melakukan riset yang bahasa inggrisnya adalah re and search, artinya mencari kembali fakta-fakta yang belum ditemukan untuk menemukan gambaran utuh dari sebuah pengetahuan.
Alhasil kini Donny sudah berhasil mengantongi beasiswa penuh selama kuliah dari jenjang sarjana hingga master, dengan meraih 5 penghargaan, lebih dari 20 publikasi buku dan artikel penelitian di jurnal internasional ternama dan peraih IPK terbaik semasa kuliahnya dulu dan menjadi pendiri dari Donny and Partners Research and Consulting Indonesia.
Lembaga ini telah membantu banyak perusahaan dari dalam dan luar negeri pada usianya ke 30. Donny juga penulis dari beberapa buku bisnis, salah satu bukunya yang terkenal berjudul “Teknik Negosiasi Kekinian” yang kini bisa ditemukan di toko-toko buku seluruh Indonesia.
Donny juga memberikan saran kepada kalangan generasi untuk tidak takut memilih jurusan yang disukai, sebab tidak ada 1 jurusan yang lebih baik dari jurusan yang lainnya, semua harus sesuai dengan keinginan diri masing-masing.
“Belajarlah menjadi rendah hati dan selalu bertanya, lebih banyak bertanya daripada menjawab artinya kita lebih banyak menerima informasi. Bertanya harus 360 derajat, artinya mencari tahu dari semua pihak agar tidak mudah disesatkan oleh informasi-informasi yang keliru, hal ini untuk menghindari hoax yang sudah ada dimana-mana bahkan jauh sebelum istilah itu muncul,” imbuhnya. (ATN)