Dampak Perubahan Iklim, Danau Toba Terancam Krisis Air

980

Danau Toba Segera Diakui UNESCO

Pengumuman Kabupaten Bombana

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Krisis air mulai mengancam eksistensi Danau Toba, di Sumatera Utara. Pasalnya, level tinggi muka air (TMA) Danau Toba saat ini sudah mendekati titik minimum. TMA Danau Toba menunjukkan tren menurun setiap tahunnya. Selain karena efek dari perubahan iklim yang mempengaruhi curah hujan di kawasan Danau Toba, kerusakan lingkungan juga menjadi salah satu penyebab turunnya level muka air danau.

Untuk mencegah hal itu terjadi berkepanjangan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) mulai melakukan operasi rekayasa cuaca untuk menurunkan hujan di daerah tangkapan air Danau Toba. Menurut Kepala BB TMC, Jon Arifian, Danau Toba memiliki fungsi sangat strategis baik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi, serta memenuhi air baku untuk industri dan rumah tangga termasuk pariwisata.

“TMC melakukan upaya untuk memodifikasi pertumbuhan awan dengan memasukkan inti kondensasi ke dalam sistem awan sehingga hujan lebih cepat terjadi dan curah hujan yang dihasilkan menjadi lebih besar,” jelas Jon, melalui siaran pers, Selasa (30/3/2021).

Jon mengatakan, data historis rata-rata curah hujan pada April di Danau Toba sebesar 203 mm, sehingga pelaksanaan TMC kali ini diharapkan dapat meningkatkan 20-30 persen dari curah hujan selama April di Danau Toba.

Direktur Eksekutif Operasi dan Produksi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Reinaldy Harahap, menyambut positif langkah BPPT. Dia mengatakan, sampai 26 Maret 2021, TMA Danau Toba berada pada level 903.20 meter, sedangkan level minimum di titik 902.40 meter agar PLTA dapat beroperasi secara normal.

“Kondisi ini cukup mengkhawatirkan sehingga perlu langkah praktis untuk meningkatkan tinggi muka air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Danau Toba. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan TMC,” terang Reinaldy, dikutip dari asiatoday.id.

DAS Danau Toba menjadi sumber utama untuk 3 bendungan dan 2 PLTA yang dikelola oleh PT Inalum. Bendungan tersebut yaitu Bendungan Pengatur, Bendung Sigura-gura dan Bendungan Tangga. Sedang PLTA yaitu PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga. PLTA Sigura-gura memiliki kapasitas produksi 286 MW dan PLTA Tangga memiliki kapasitas produksi 317 MW. Selain itu, Danau Toba juga menjadi sumber mata pencarian bagi penduduk yang tinggal di sekitarnya. Koordinator Bidang Pelayanan TMC BBTMC Sutrisno mengatakan sorti pertama kegiatan TMC DAS Danau Toba akan dilaksanakan mulai Kamis (1/4/2021) selama 20 hari mendatang.

“Pesawat yang akan digunakan yaitu pesawat jenis Piper Cheyenne II registrasi PK-TMC milik BPPT dengan metode TMC menggunakan bahan semai Flare Cosat,” kata Sutrisno.

Tim TMC telah menyiapkan bahan semai Flare Cosat sebanyak 170 batang di Posko TMC Danau Toba di area PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Silangit, Sumut. Koordinator Lapangan TMC DAS Danau Toba, Cornelius A Nababan, menambahkan untuk membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, akan ditempatkan personil di dua lokasi Pos Pengamatan Meteorologi (Posmet), yaitu di daerah Porsea dan Merek.

“Hasil pengamatan cuaca dan potensi awan hujan akan dilaporkan setiap saat oleh petugas di Posmet kepada tim pelaksana di Posko, untuk dianalisis dan dijadikan sebagai masukan guna menentukan strategi pelaksanaan penyemaian awan setiap harinya,” kata Cornelius.

Proses pengamatan cuaca tersebut dilakukan bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Silangit untuk analisa data cuaca dan radar. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU