Perubahan Iklim Pengaruhi Ekologi Sungai, Dampaknya Banjir dan Kekeringan
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Perubahan iklim global sebagai efek gas rumah kaca makin nyata mempengaruhi keseimbangan air di planet Bumi. Ekologi Daerah Aliran Sungai (DAS) paling rentan mengalami kerusakan sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi jumlah air di sungai yang berpotensi mengakibatkan lebih banyak banjir atau kekeringan.
Riset menyebutkan, aliran sungai merupakan indikator penting ketersediaan sumber daya air bagi manusia dan lingkungan. Jumlah air yang tersedia juga bergantung pada siklus air atau perubahan penggunaan lahan. Jika, misalnya, air dialihkan untuk irigasi atau diatur melalui waduk, atau hutan dibuka dan tanaman monokultur ditanam di tempatnya, ini dapat berdampak pada aliran sungai.
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ETH Zurich menganalisis data dari 7.250 stasiun pengukur di seluruh dunia. Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah terkenal Science, menunjukkan bahwa aliran sungai berubah secara sistematis antara tahun 1971 dan 2010.
Pola kompleks terungkap — beberapa wilayah seperti Mediterania dan Brasil bagian timur laut menjadi lebih kering, sementara di tempat lain volume sungai meningkat seperti di Skandinavia.
“Pertanyaan sebenarnya, bagaimanapun, menyangkut penyebab perubahan ini,” kata Lukas Gudmundsson, penulis utama studi dan asisten senior dalam kelompok yang dipimpin oleh Sonia Seneviratne, profesor di Institut Ilmu Atmosfer dan Iklim di ETH Zurich, dikutip Senin (22/3/2021).
Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti melakukan beberapa simulasi komputer, menggunakan model hidrologi global yang diumpankan dengan data iklim yang diamati dari periode yang diteliti (1971 hingga 2010).
Hasil perhitungan model sangat cocok dengan analisis aliran sungai yang diamati. Dalam prosedur kedua, para peneliti memasukkan air dan pengelolaan lahan tambahan dalam simulasi mereka untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor ini. Namun, ini tidak mempengaruhi hasil.
“Perubahan tata air dan pengelolaan lahan ternyata bukan penyebab perubahan global sungai,” ujarnya, dikutip dari asiatoday.id.
Para peneliti kemudian membuktikan peran perubahan iklim menggunakan metode deteksi dan atribusi. Untuk ini mereka membandingkan pengamatan dengan simulasi dari model iklim yang dihitung sekali dengan gas rumah kaca buatan manusia. Dalam kasus pertama simulasi mencocokkan data aktual, tetapi dalam kasus kedua tidak.
Data ini sekarang mewakili kumpulan data global terbesar dengan pengamatan aliran sungai yang tersedia saat ini.
“Berkat data ini, kami dapat memvalidasi model dan menunjukkan bahwa model tersebut memberikan refleksi yang baik dari kenyataan,” kata Gudmundsson.
Ini berarti bahwa model tersebut juga dapat memberikan skenario yang dapat diandalkan tentang bagaimana sungai akan terus berubah di masa depan. Proyeksi tersebut memberikan dasar penting untuk perencanaan di daerah yang terkena dampak untuk mengamankan pasokan air dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. (ATN)