Indonesia Berperan Besar Capai Target Vaksinasi WHO Secara Global
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengungkapkan bahwa Indonesia berkontribusi besar terhadap pencapaian target vaksinasi GAVI (aliansi vaksin di bawah WHO) secara global, yang mencapai 2,3 miliar dosis pada 2021. Seperti dikutip dari Asiatoday.id, Retno mengungkapkan hal tersebut pada Pertemuan COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (AMC EG) pada Rabu (17/3/2021). COVAX Facility menargetkan pengadaan vaksin bagi 20 persen dari populasi setiap negara AMC dan mendukung kesiapan negara AMC untuk melakukan rencana vaksinasi nasional.
Indonesia hingga saat ini telah menerima sebanyak 1.113.600 dosis vaksin AstraZeneca dari Covax Facility, yang merupakan bagian dari alokasi putaran pertama pengiriman vaksin AstraZeneca dari skema Covax Facility.
Pada alokasi putaran pertama Indonesia akan memperoleh 11.704.800 juta dosis vaksin AstraZeneca yang akan dikirimkan secara bertahap hingga Mei 2021. Pada kesempatan itu, Retno kembali menyatakan sikap WHO terkait dengan penggunaan vaksin AstraZeneca yang mengatakan bahwa nilai manfaat dari vaksin lebih besar dari risiko yang ditemui.
“WHO menyampaikan secara regular melakukan komunikasi dengan berbagai otoritas di Eropa maupun dunia terkait aspek keamanan vaksin Covid-19. Untuk itu, WHO merekomendasikan vaksinasi dengan AstraZeneca dapat dilanjutkan,” katanya.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno yang merupakan salah satu Co-Chair COVAX AMC Engagement Group mengatakan, terkait dengan mutasi varian baru Covid-19 tidak berdampak negatif terhadap keampuhan vaksin yang dikirim melalui COVAX Facility, sesuai dengan hasil riset WHO. Hingga saat ini, program vaksinasi telah dimulai setidaknya di 131 negara. Adapun COVAX telah mengirim lebih dari 28,3 juta dosis ke lebih dari 46 negara.
Dalam kesempatan yang berbeda pada Rabu malam, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merekomendasikan vaksin Covid-19 Astrazeneca tidak digunakan di Indonesia selama masih proses kajian sebagai langkah kehati-hatian, meski Emergency Use Authorization (EUA) sudah keluar. Sejumlah negara Uni Eropa menangguhkan penggunaan AstraZeneca seiring ditemukannya kasus pembekuan darah di Austria dan Denmark. (ATN)