Asia Selatan Alami Krisis Udara Bersih Paling Mematikan di Dunia

212
Related Posts
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

 

JENEWA, LENTERASULTRA.COM – Disaat dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19, pada saat yang sama krisis udara bersih juga melanda negara-negara di dunia akibat polusi udara yang meningkat.

Laporan Kualitas Udara Dunia 2020 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih yang berbasis di Jenewa, menemukan bahwa hanya 24 dari 106 negara yang dipantau memenuhi target kualitas udara aman. Beberapa daerah masih mengalami polusi 6 hingga 8 kali lebih tinggi daripada ambang batas yang disarankan.

Asia Selatan menjadi kawasan paling tercemar polusi di dunia. Negeri India tercatat sebagai kota paling tercemar meskipun mengalami penurunan 15 persen, disusul China. Meski mengalami penurunan konsentrasi pencemaran hingga 11 persen, negara itu masih 2,5 kali lebih tinggi dari target yang disyaratkan.

Menurut laporan itu yang dikutip Rabu (17/3/2021), polusi udara yang mencemari Asia Selatan lebih mematikan di beberapa negara dibandingkan pandemi Covid-19. Meskipun penutupan Covid-19 secara singkat meningkatkan kualitas udara, polusi mematikan di beberapa negara sudah melebihi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Laporan tersebut memaparkan bagaimana pandemi Covid-19 dan penguncian yang diakibatkannya memiliki dampak lingkungan yang positif, meningkatkan kualitas udara ketika orang tinggal di rumah, tetapi tidak cukup untuk mengurangi polusi di banyak negara ke tingkat yang aman yang ditetapkan oleh pedoman WHO.

Bagian dari kegagalan untuk mendapatkan kualitas udara ke tingkat yang aman secara global adalah karena kebakaran hutan di daerah seperti Australia, California dan Amerika Selatan, yang menyebarkan polutan berbahaya ke atmosfer.

WHO telah menyerukan tindakan terhadap polusi udara, karena penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu dapat mengurangi umur rata-rata hingga tiga tahun dan menyebabkan sekitar delapan juta kematian dini per tahun.

Lauri Myllyvirta, salah satu analis utama di balik penelitian tersebut, menyerukan pemerintah untuk menggunakan dampak lingkungan dari karantina wilayah. Momen ini menjadi kesempatan untuk beralih ke energi bersih dan transportasi bersih, bekerja untuk menemukan “cara berkelanjutan” dalam membangun perbaikan yang terjadi di 2020.

“Mempercepat transisi ke energi bersih dan transportasi bersih tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga secara dramatis mengurangi biaya terkait perawatan kesehatan,” kata Avinash Chanchal dari Greenpeace India, seperti dikutip dari Asiatoday.id. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU