Video Game Marak, Picu Kekhawatiran Keamanan Dunia Maya bagi Anak-anak

425

 

 

Foto: Ist. 

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Kebijakan lockdown – atau penutupan sebagian wilayah dan penghentian kegiatan akibat perebakan virus corona – membuat anak-anak berada di rumah, dan banyak yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain video games. Survei baru di Inggris menunjukkan hampir dua per tiga orang tua khawatir dengan keamanan anak-anak mereka di dunia maya, dan lebih dari sepertiga mengatakan tidak tahu apa yang dibicarakan anak-anak mereka.

Isaac Hyams yang berusia sembilan tahun tidak sabar menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya sehingga ia bisa segera bermain game di internet. Di tengah kebijakan lockdown akibat pandemi virus corona yang diberlakukan di Inggris baru-baru ini, Isaac merindukan teman-temannya dan bertemu mereka secara virtual ketika bermain game.

Tetapi ibunya, Jenny Ingram, baru-baru ini mendapatinya berbicara dengan orang asing.

“Fakta bahwa ada seseorang yang tidak pernah ditemuinya atau berinteraksi sebelumnya dapat memiliki akses pada kelompok kecil itu sangat memprihatinkan. Saya kemudian jadi khawatir siapa lagi yang punya akses padanya?”

PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

Isaac mengira ia tahu dengan siapa ia bermain game. “Semua tinggal di Inggris dan saya tahu nama mereka. Saya tahu usia mereka.”

Breck Bednar yang berusia 14 tahun diajak berteman sambil main game dan kemudian dibunuh. Breck Foundation, suatu badan amal yang dibentuk atas namanya, mengatakan pihaknya telah mencatat sejumlah telepon dari para orang tua yang khawatir ketika anak-anak mereka menghabiskan lebih banyak waktu dengan bermain game di dunia maya, di tengah pandemi ini.

Ibu Breck yang juga pendiri yayasan itu, Lorin LaFave mengatakan, “Trend tahun ini dengan menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya karena lockdown, menimbulkan dampak yang sangat besar pada anak-anak karena mereka berada di dunia itu lebih lama dibanding sebelumnya. Dan orang-orang bekerja dari rumah, termasuk para pemangsa (anak-anak) yang juga lebih sering berada di dunia maya dibanding sebelumnya. Jadi ini benar-benar sangat berbahaya.”

Menurut survei bulan Januari lalu oleh badan riset pasar “Censuswide,” 70% dari lebih 1.500 orang tua yang disurvei mengatakan mereka ingin industri video game melakukan lebih banyak hal untuk menjaga anak-anak agar aman.

Mereka yang berada di dalam industri itu mengatakan ada sejumlah mekanisme perlindungan yang tersedia. Wartawan yang memusatkan perhatian pada video game, Andy Robertson mengatakan, “Ada pengaturan di konsol, ini bukan tidak ada sama sekali. Jadi Anda punya pilihan, dapatkah Anda bermain dengan siapa pun? Anak-anak yang berusia lebih tua dan remaja mungkin juga melakukan hal ini. Tetapi Anda juga dapat mengatakan kamu hanya boleh bermain di dunia maya dengan orang yang memiliki kode pertemanan. Jadi kita bisa benar-benar mengetahui mereka di dunia nyata. Atau Anda dapat mengatakan pada pengguna permainan ini, jika mereka berusia terlalu muda, mereka bisa bermain tanpa internet, kecuali jika memasukkan kode rahasia tertentu.”

Jenny melakukan yang terbaik untuk membatasi anak-anaknya bermain game di dunia maya, sambil menyeimbangkan kebutuhan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain secara aman. [em/lt/Voa]

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU