Gelar Muskerpus, LAT Sultra Prioritaskan Eksistensi Budaya Suku Tolaki
KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Lembaga Adat Tolaki (LAT) Sultra menggelar musyawarah kerja pusat (Muskerpus) Sabtu (28/11/2020). Kegiatan itu turut dihadiri oleh Dewan Pembina DPP LAT Sultra, Lukman Abunawas, Ketua DPP LAT Sultra, Masyhur Masie Abunawas, Kapolda Sultra, Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya, dan sejumlah pengurus DPP LAT Sultra periode 2020-2025.
Para pengurus LAT Sultra tampak menggunakan pakaian adat khas Suku Tolaki. Meski suasana pandemi Covid-19 sedang melanda mereka tak lupa mengenakan masker dan membawa hand sanitizer. Tampak, sebelum memasuki aula kegiatan, security yang berjaga melakukan pengecekkan suhu, mengintruksikan untuk cuci tangan dan menyemprotkan disinfektan.
Lukman Abunawas yang juga merupakan Wakil Gubernur Sultra menuturkan, LAT Sultra merupakan salah satu lembaga yang harus dilestarikan sesuai amanat Undang-undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cagar Budaya.
“Seluruh corak budaya di Indonesia harus dilestarikan termaksud LAT sebab warisan leluhur kita,” ucapnya saat membawakan sambutan.
Ditempat yang sama, Ketua DPP LAT Sultra, Masyhur Masie Abunawas menguraikan bahwa terdapat tujuh departemen yang membuat program yakni Departemen Pemberdayaan, Pelestarian dan Pengembangan Nilai-nilai Sejarah dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan, Penelitian dan pengembangan, Departemen Pengembangan dan Pemberdayaan Potensi Sumber Daya, Departemen Organisasi dan Hubungan Sosial Kemasyarakatan, Departemen Pembinaan, Peningkatan dan Kerukunan Hidup Beragama, Departemen Hukum, HAM, Advokasi dan Humas, Departemen Pembinaan, Pengawasan dan Pengembangan Kapasitas Pemangku Adat.
“Terkait nilai budaya Tolaki diharapkan ada program multidisiplin ilmu seperti pemberdayaan ekonomi produktif dan peningkatan kualitas pendidikan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar DPP LAT Sultra, Misran Safar menuturka,n bahwa selain program masing-masing departemen juga dihasilkan rekomendasi LAT untuk internal dan eksternal dengan memperhatikan berbagai kecenderungan kehidupan sosial budaya dan ekonomi di era digital 4.0, disrupsi dan society 5.0.
“Kita juga melakukan launching baju motif Tolaki Anawaingguluri sebagai proses penyeragaman motif, meski setiap wilayah diberi kebebasan untuk berkreasi tetapi untuk LAT ada motif seragam, selain itu dilakukan pula pencanangan Medulu atau Mepoko’aso dalam bingkai LAT,” pungkasnya.
Reporter: Herlis Omputo Sangia