Penghina Suku Tolaki Menyerahkan Diri dan Didenda Satu Ekor Sapi
KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Aksi yang dilakukan oleh Perhimpunan Masyarakat Tolaki (PMT) akhirnya membuahkan hasil. Pelaku penghinaan Suku Tolaki yang viral di media sosial Facebook dengan nama akun Adhynk Adhy, telah menyerahkan diri Polda Sultra, Rabu (26/08/2020).
Ketua PMT, Supriyadin menuturkan, setelah menyerahkan diri pelaku penghinaan tersebut dibawa untuk menghadap kepada Lembaga Adat Tolaki (LAT) untuk diberikan edukasi dan sanksi sesuai aturan kelembagaan adat Tolaki yang berlaku.
“Iya, setelah menyerahkan diri kemudian dilakukan “Mosehe Wonua”. Dalam adat kami Mosehe Wonua adalah hukuman paling berat bagi pelanggar hukum adat,” ujar Supriyadin saat dikonfirmasi awak Lenterasultra, Rabu (2/09/2020).
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Dewan DPP Lembaga Adat Tolaki Sulawesi Tenggara, Dr. Misran Safar, M.Si mengatakan, Mosehe Wonua dilakukan dengan berbagai kelengkapan adat lainnya.
“Yang bersangkutan atau keluarganya harus menyiapkan kain putih 1 pis, cerek perunggu atau kuningan 1 dan 1 ekor kerbau dan atau bisa diganti sapi, seluruh prosesi adat penyerahan dilaksanakan oleh “Tolea Pabitra” kepada pimpinan Lembaga Adat Tolaki”, jelasnya.
Setelah diterima, ritual dimulai dengan penandatanganan berita acara bahwa telah diterima permohonan maaf yang bersangkutan dan keluarganya dengan syarat tidak akan mengulangi perbuatannya. Jika mengulangi maka tidak boleh dimaafkan lagi.
Setelah “mombesara” dan penandatanganan berita acara kemudian dilakukan Mosehe Wonua yang dilakukan “mbu’sehe” dengan memotong sapi yang diserahkan pelaku. Kemudian dagingnya disedekahkan kepada masyarakat yang berhak menerima.
“Daging sapi ini tidak boleh dikonsumsi oleh yang memohon maaf dan keluarganya,” ujar Ketua Jurusan PPKN FKIP UHO tersebut.
Misran Safar mengatakan, semua peralatan yang wajib ditunaikan dalam proses adat Mosehe Wonua memiliki makna tersendiri. Seperti sapi bermakna pengganti nyawa orang atau kelompok orang yang telah direndahkan. Kain putih menyiratkan orang atau kelompok yang dihina atau direndahkan. Sedangkan cerek sebagai simbol bahwa yang bersangkutan sudah disiram kuburnya.
Misran pun berharap agar semua suku di Sultra tak saling menghina agar tak ada perpecahan serta saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. (B)
Reporter: Herlis Omputo Sangia
Editor: Wulan