80 Persen Tanaman Obat Dunia Ada di Indonesia
BOGOR, LENTERASULTRA.COM – Sebagai negara tropis dan berada digaris khatulistiwa, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang melimpah.
Dengan kekayaan itu, tidak heran Indonesia memiliki beragam rempah – rempah yang berfungsi sebagai obat. Rempah ini kerap diracik menjadi ramuan herbal yang dikenal dengan jamu oleh masyarakat.
Jamu tradisional ini dikenal luas sebagai salah satu obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit secara turun temurun.
“Indonesia memiliki hutan tropis sebanyak 143 juta hektar yang menjadi rumah bagi 80 persen tanaman obat di dunia. Diperkirakan ada sekitar 25 ribu sampai 30 ribu tanaman yang berpotensi dijadikan sebagai tanaman obat. Penelitian terakhir dari pakar IPB University, teridentifikasi 1.845 spesies tanaman herbal yang bisa dijadikan obat,” terang Rudi Heryanto, MSi, peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University pada webinar yang diprakarsai oleh TropBRC, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (2/8/2020).
Web seminar ini merupakan seri kelima yang fokus membahas tentang pengembangan jamu. Hadir sebagai pembicara Prof Dr Arry Yanuar, ahli Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Selanjutnya Dr Farit Mochamad Afendi, dosen IPB University dari Departemen Statistika dan peneliti TropBRC. Kemudian Dr Rudi Heryanto, dosen IPB University dari Departemen Kimia dan peneliti TropBRC.
Menurut Prof Arry Yanuar, mengutip Asiatoday.id banyak obat herbal dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu alternatif obat untuk menyembuhkan penyakit.
Jamu merupakan formulasi dari berbagai tanaman herbal. Banyak senyawa dari alam dapat dijadikan sebagai bahan pengobatan. Hal ini tentunya membutuhkan metode-metode untuk mengetahui senyawa dalam bahan tersebut.
“Jamu bisa ditemukan dengan metode saintifik dengan menggabungkan berbagai bahan herbal. Ramuan jamu ini harus melewati berbagai uji klinik obat herbal sebelum bisa dikonsumsi. Formulasi jamu dapat menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah menggunakan jejaring etnofarmakologi. Pendekatan ini diterapkan pada bahan alam dengan aktivitas tertentu dengan menggunakan data eksperiman,” paparnya.
Sementara itu, Dr Farit Mochamad Afendi mengungkapkan bahwa setiap tanaman memiliki khasiat yang berbeda-beda. Bahkan ada tanaman dengan berbagai khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ada yang spesifik terhadap penyakit tertentu dan banyak juga yang memilki khasiat yang umum.
“Keahlian dan keterampilan dalam memahami khasiat ini penting untuk meracik ramuan jamu,” jelasnya.
“Tanaman yang paling sering dipakai dalam membuat jamu adalah jahe dan kunyit. Beberapa tanaman memiliki fungsi untuk meringankan rasa nyeri, antbiotik, stimulant dan fungsi yang lainya. Pengembangan jamu harus dilakukan melalui pendekatan praktikal berbasis pada konsep multi-komponen, multi-target dan sinergitas,” jelas Dr Farit. (ATN)