Perusahaan Otomotif Jepang Relokasi Pabrik dari China ke Indonesia
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Sagami Elec Co,. Ltd, perusahaan pembuat komponen kelistrikan suku cadang otomotif yang berbasis di Jepang, akan menanamkan investasi di Indonesia.
Perusahaan ini akan memperbesar pabrik yang sudah ada di Medan, Sumatera Utara.
Sagami merupakan salah satu perusahaan yang diumumkan Presiden Joko Widodo akan merelokasi pabrik ke Indonesia. Nama perusahaan ini masuk dalam data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Media di Jepang, NNA Business News sebagaimana dikutip Asiatoday.id, pada Selasa (2/7/2020) melaporkan bahwa Sagami akan mengucurkan USD5 juta atau Rp 72,5 miliar untuk membangun pabrik kedua di kawasan Medan Star Industrial Estate.
Pabrik pertama yang saat ini dikelola Sagami Indonesia sejak 2013, telah memproduksi koil untuk kendaraan dengan kapasitas 10 juta unit per bulan berdasarkan keterangan manajer pabrik Noburo Kamei.
Konstruksi pabrik baru telah dimulai pada Januari, harapannya selesai pada akhir tahun dan akan mempekerjakan 1.500 karyawan. Pabrik ini akan menyerap seluruh pemindahan jalur produksi di pabrik di Shenzen, China.
Relokasi pabrik itu dikatakan karena kenaikan upah buruh di China hingga membuat perusahaan kesulitan merekrut pekerja muda setempat.
Kamei juga mengatakan 80 persen hasil produksi pabrik kedua di Medan bakal digunakan untuk peralatan audio mobil, pencahayaan LED dan sensor. Sisanya untuk keperluan elektronik rumah tangga dan ponsel.
Pabrik pertama yang mempekerjakan 2.000 orang disebut telah mengekspor hasil produksi ke Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Selain Sagami Electronic, perusahaan otomotif lain yang masuk dalam daftar BKPM terkait relokasi pabrik adalah Denso Indonesia dan Kenda Rubber Indonesia.
Jokowi juga mengatakan ada 17 perusahaan lain yang berkomitmen untuk menanam modal di dalam negeri dengan total investasi USD37 miliar dan potensi serapan tenaga kerja 112 ribu orang.
Perkembangan belasan perusahaan tersebut masuk Indonesia disebut mencapai 60 persen. (ATN)