Maskapai Penerbangan China Dilarang Masuk Amerika Mulai 16 Juni
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM
Maskapai penerbangan China tidak diizinkan lagi memasuki kawasan udara Amerika Serikat (AS) mulai 16 Juni 2020.
Pasalnya, pemerintah AS telah menangguhkan penerbangan maskapai China tujuan Amerika.
Tindakan AS tersebut merupakan balasan atas langkah Beijing melarang maskapai AS memasuki China di tengah meningkatnya ketegangan hubungan kedua negara.
“Perintah yang dikeluarkan kemarin berlaku mulai 16 Juni meskipun Presiden Donald Trump dapat bertindak lebih cepat jika dia menginginkan,” ujar pernyataan Departemen Perhubungan AS, melansir Bloomberg sebagaimana dikutip Asiatoday.id, Kamis (4/6/2020).
Langkah tersebut meningkatkan ketegangan hubungan perdagangan antara AS dan China, selain soal pandemi Covid-19 dan status Hong Kong.
China baru-baru ini menghentikan beberapa impor pertanian setelah Trump mengancam akan menghapuskan pengecualian kebijakan yang memungkinkan Amerika Serikat memperlakukan Hong Kong secara berbeda dari China daratan.
Kesepakatan perdagangan fase satu antara kedua negara pun terancam. Hal itu menyangkut miliaran dolar dalam penjualan pesawat Boeing Co.
Beijing telah mencegah operator AS memulai kembali layanan ke China, sementara empat maskapai penerbangannya mempertahankan penerbangan ke dan dari bandara Amerika Serikat tahun ini ketika Covid-19 masih menyebar, menurut Departemen Perhubungan.
Maskapai penerbangan AS telah meminta untuk melanjutkan layanan mulai 1 Juni mendatang.
“Kegagalan pemerintah China menyetujui permintaan kami merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Transportasi Udara kami,” ujar Departemen Transportasi dalam sebuah pernyataan melalui email.
Dua maskapai AS yang memiliki penerbangan ke China adalah Delta Airlines dan United Airlines.
Penangguhan izin terbang ini merupakan bentuk hukuman baru AS ke China karena Beijing disebut AS gagal mematuhi perjanjian penerbangan kedua negara.
Sejumlah analis berpendapat kedua negara terjebak dalam Perang Dingin. Bahkan ada ketakutan, konfrontasi bisa terjadi antara dua negara penguasa ekonomi dunia itu. (ATN)