La Udu Pria Cast Away di Kota Baubau
BAUBAU, LENTERASULTRA.COM – Industri perfilman Hollywood Amerika Serikat punya film Cast Away, petualangan romantis Chuck Noland yang diperankan aktor kawakan Tom Hanks terdampar dan bertahan hidup berjuang seorang diri di sebuah pulau terpencil setelah pesawatnya jatuh di perairan Laut Pasifik. Namun di Wantiro kota Baubau, Sulawesi Tenggara punya kisah nyata La Udu, pria lansia yang belasan tahun bertahan hidup seorang diri dalam gua di pesisir pantai Kadolomoko.
***
“Saya tidak punya rumah, sudah sepuluh tahun lebih tinggal di dalam gua” lirih suara Udu sembari melirik-lirik ke kiri dan kanan, untuk mata yang pertama kali berhadapan dengan lensa kamera yang jauh berbeda dengan tipe yang pernah disaksikannya pada dua dekade lalu.
La Udu berumur kepala lima. Ia tak ingat persis berumur berapa tahun dan sudah berapa lama hidup Cast Away atau berarti “terasing” dalam gua rekahan di dasar tebing karang Wantiro pesisir Pantai Kadolomoko, kota Baubau. Lidah Udu masih fasih berbahasa Indonesia. Kesendirian yang sangat lama nyaris membuat ia mesti berkompromi dan beradaptasi menggunakan bahasa Ibu yang membangun kehidupan sosialnya sejak lahir.
Sesekali gusi tak bergigi terlihat saat percakapan berlangsung. Momen ini adalah pertama kali bagi Udu melepas tawa setelah sekian lama tak merasakan kehangatan suasana kekeluargaan. Baginya, hembusan angin dan gemercik pecahan ombak adalah suara nyata setia yang tak pernah lekang oleh silih bergantinya siang dan malam.
Tak Ada Beras, Agar-agar Pun Jadi
Senin (3/2) siang udara lembab dan hujan gerimis di perairan laut kota Baubau. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat memprediksi pada 2020 curah hujan akan semakin meningkat mulai Januari, dan mencapai puncaknya pada Februari-Maret. Ini pertanda masa-masa sulit yang harus dihadapai Udu yang terus menerus berulang setiap tahun. Udu hanya beralaskan pecahan tanpa selimut melewati dingin saat malam gelap gulita.
“Sempat itu hari La udu dia cari agar-agar. Saya tanya untuk apa?”
“Saya pakai untuk makan sejak perahu dan jaring ikan saya rusak jawab La udu” kata La Jate (27), pemuda yang pertama kali temukan Udu pada malam hari di tahun 2018 lalu.
“Sudah lama dia tinggal di sini. Katanya sudah enam tahun” tambah Jate.
La Udu warga kelurahan Kadolomoko yang oleh warga setempat dikabarkan hilang dan hidup berpindah-pindah di hutan sejak tahun 2000-an ungkap Jate, yang ketika itu masih bocah ingusan dan kerap bersama Udu yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak. Baginya, Udu adalah sosok bapa piara-sebutan lokal bagi orang lain yang dianggap sudah seperti “ayah kandung”, yang sering membuatnya bahagia saat menjalani masa kecil.
Seingat Jate, Udu pergi meninggalkan rumah lantaran menghadapi masalah Rumah Tangga (RT) yang runyam dengan sang istri dan berujung pisah tanpa melalui proses sidang Pengadilan Agama Baubau.
“Harapannya Dia itu hari rumah tangganya bisa akur begitu e”.
Jate mengisahkan Udu yang ia temui kini berbeda jauh dengan pribadi Udu di masa lalu. Dulunya, Udu adalah pribadi yang rajin. Pulang menarik becak dilanjutkan dengan mengais hasil laut di malam hari untuk memenuhi kehidupan ekonomi RT yang dijalani tanpa sempat dikaruniai anak. Udu tinggal serumah bertiga bersama sang Ibu kandung yang matanya buta dan sang istri.
La Udu Akan Akhiri Masa Terasing
Brigpol Raponding, polisi Babimkabtimas Kadolomoko dan Serda Afid, personil TNI AD Babinsa Kadolomoko ialah pengayom warga yang memfasilitasi saya dan beberapa rekan jurnalis TV nasional yang gemar akan hal-hal unik. Kata mereka ini kejadian langka yang harus ditonton publik dan hak-hak kemanusiaannya harus diperlakukan sama sebagai sesama warga Republik Indonesia.
“Gantian dan kita mendayung, tanganku ini dia kaku nanti e tidak bisa merekam video” keluh salah satu penumpang perahu yang sedari awal berapi-api terbakar semangat.
Gua tempat tinggal Udu berjarak sekitar 300 meter dari terminal Warumosio, persinggahan angkutan trayek luar kota-dalam kota Baubau. Kami ke arah utara menyusuri bibir pantai menggunakan perahu dayung, satu-satunya cara untuk mengakses jejeran tebing karang yang memanjang.
Sebagai pengayom teladan, Raponding dan Afid harus bekerjasama dalam upaya membujuk Udu untuk kembali ke kehidupan sosial yang telah lama ditinggalkannya. Udu sudah tua, tidak setangguh muda dulu canda mereka sembari sekali-kali melancarkan bujuk rayu berulang-ulang.
Berselang sejam, Udu terdiam sejenak dan melontarkan minatnya untuk kembali ke pemukiman yang sejak lama ditinggal pergi.
“Kami sudah berkoordinasi dengan pihak kelurahan Kadolomoko dan para tokoh masyarakat ini, bagaiman bisa kita bantu untuk tinggal di darat” jelas Raponding. Menurutnya, kondisi gua sangat memprihatinkan, tidak layak untuk kesehatan fisik La Udu.
Bagi anda yang seringkali menghabiskan sore meneguk Saraba di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wantiro pasti tak pernah menyangka jika di dasar tebing cadas tempat berpijak, hidup seorang pria yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Tidak pernah terbesit sama sekali dalam pikiran anda bahwa nelayan berperahu memancing ikan dari kejauhan mungkin tidak lain sosok La Udu yang tengah bertahan hidup diantara rona senja.
(Riza Salman)