Ingin Investasi di Sultra, Investor Disambut dengan “Karpet Merah”
KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Banyaknya sumber daya alam yang terkandung dalam perut bumi Sulawesi Tenggara, membuat sejumlah pemilik modal berlomba untuk berinvestasi di daerah itu. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak investor yang sudah menanamkan sahamnya di Sultra. Mereka mengolah beragam kekayaan alam yang ada di Bumi Anoa, mulai dari pertambangan, pertanian, perkebunan hingga sumber daya alam lainnya.
Nah, di era kepemimpinan Ali Mazi dan Lukman Abunawas sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra, kehadiran investor tersebut tetap ditunggu dan sangat dibutuhkan. Bahkan saat bertemu dengan Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia di Jakarta, Ali Mazi menyampaikan niatnya untuk membangun Sultra dengan membuka ruang bagi para investor untuk berinvestasi di wilayah otoritanya.
Kepala BKPM ini pun menyambut baik niat Gubernur Sultra itu. Kepada politisi NasDem itu, Bahlil Lahadalia menyarankan agar Ali Mazi melakukan jemput bola kepada investor yang akan melakukan investasi di Bumi Anoa. “Jangan lambat menangani kunjungan investor. Kita harus jemput bola setiap investasi menuju Sultra. Kita sediakan “karpet merah” bagi investasi apapun selama menguntungkan daerah dan telah memenuhi mekanisme dan aturan BKPM,” kata Bahlil kepada Gubernur Ali Mazi.
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini menyampaikan hal tersebut kepada Ali Mazi sebagai upaya agar Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tidak terkesan memperlambat investasi masuk ke wilayahnya, hanya karena regulasi yang bertele-tele atau berbeli-belit. Gubernur Sultra merespon baik pernyataan Bahlil Lahadia. Kata suami Agista Ariany ini, sejak dia dilantik menjadi Gubernur 5 September 2018 lalu, dirinya berkomitmen menjemput peluang investasi di Sultra.
Pasangan Lukman Abunawas ini melakukan hal itu karena ingin melihat Sultra bisa maju dan berdaya saing dengan Provinsi lain di Indonesia. “Kalau Sultra mau maju dan berdaya saing antara Provinsi, maka jangan hanya melangkah tapi kita harus melompat. Caranya Sultra cepat siapkan sarana prasarana infrastruktur daerah dan SDM serta regulasi yang simpel-simpel saja tapi sesuai peraturan dan perundang-undangan. Sehingga ketika siapapun dan dari manapun investor, pasti dengan senang hati dan mudah akan berinvestasi di Bumi Anoa yang banyak memiliki Sumber Daya Alam. Jangan kita hanya bercerita kelebihan daerah lain sehingga kita hanya sebagai penonton dan merugi,” beber Ali Mazi.
Ali Mazi juga mengungkap beberapa investasi yang sudah didukungnya selama dia menjadi gubernur. Diantaranya adalah melanjutkan pembangunan jembatan Bahteramas dan memberikan anggaran sampai tuntas, mengawasi pembangunan bendungan Pelosika, serta membuat perpustakaan modern, membangun rumah sakit jantung dan pembuluh darah bertaraf internasional serta pembangunan jalan wisata Toronipa. Kata Ali Mazi, dukungan investasi ini juga sesuai visi misi Aman Ali Mazi – Lukman Abunawas.
Diakhir pertemuan dua tokoh asal Sultra ini, Ali Mazi dan Bahlil, sepakat akan mendorong Sultra lebih kedepan untuk mewujudkaan Sultra maju dan berdaya saing tinggi. Kehadiran investor untuk berinvestasi di Sultra memang harus dijemput. Sebab kehadiran para pemilik modal itu membawa dampak yang luar biasa bagi daerah. Data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra, di tahun 2017 lalu saja misalnya tercatat realisasi investasi di Sultra mencapai Rp 11 triliun tahun 2017. “Ini sebuah capaian besar karena melampaui target secara nasional yang hanya berada pada level Rp 10 triliun,” kata Masmuddin, Kepala DPM PTSP Sultra seperti dikutif dari laman Pemprov Sultra.
Capaian nilai investasi hingga Rp 11 triliun itu tak lepas dari potensi Sultra dari berbagai sektor. Diantaranya, sumber daya alam (SDA) yang begitu melimpah di Bumi Anoa ini baik nikel, aspal, emas dan hasil tambang lainnya. Bidang lainnya adalah sektor pertanian, industri jasa, peternakan, perikanan, pariwisata dan budaya. Potensi itu tersebar di 16 Kabupaten dan Kota di Sultra. Capaian itu, sambung Masmuddin mengindikasikan bahwa investasi atau penanaman modal sangat membantu pertumbuhan ekonomi Sultra.
Kata Masmudddin, laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan dari empat poin yakni belanja pemerintah daerah, belanja konsumsi masyarakat atau rumah tangga, ekspor dan impor serta pertumbuhan investasi. “Nah, bidang keempat ini bisa memberikan sumbangsih perekonomian daerah,” ungkap mantan Wakil Bupati Konawe itu.
Melihat prestasi itu, pemerintah pusat kembali menargetkan nilai investasi yang harus dicapai Pemporv Sultra tahun 2018. Angka targetnya cukup fantastis, yakni sebesar Rp 27 triliun atau sekira 170 persen dari target tahun 2017. DPM PTSP Sultra menerima tantangan pemerintah pusat itu dan berkomitmen akan merealisasikan target tersebut.
Untuk mencapai target investasi Rp 27 triliun itu, Masmuddin mengaku sudah menyiapkan berbagai langkah-langkah strategis. Diantaranya, menggiatkan promosi akan potensi daerah kepada pemilik modal agar tertarik berinvestasi di Sultra. Selain itu, membenahi pelayanan perizinan untuk kemudahan dalam berinvestasi sesuai peraturan dari pemerintah pusat yang harus diterapkan pemda.
“Memberikan iklim kenyamanan kepada pemilik modal yang sudah berinvestasi saat ini untuk selalu nyaman dalam investasi. Terakhir, masyarakat yang berada diwilayah potensi investasi agar bisa welcome kepada investor. Sehingga, kita sangat optimis bisa meraih target Rp 27 triliun tahun 2018 nanti,” jelas Masmuddin.
Sementara itu, untuk tahun 2017 permohonan surat perizinan yang dikeluarkan oleh DPM PTSP Sultra mencapai 1.074 hingga periode 18 Desember 2017. Sedangkan angka indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perizinan di DPM PTSP Sultra mencapai 83.42 persen yang berarti sangat baik berdasarkan peraturan pemerintah. (Adv)