32 Warga di Buton Tengah Hidup Dalam Pemasungan
BUTENG- LENTERASULTRA.COM- Geliat pembangunan infrastruktur di Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra) ternyata tidak sebanding dengan kehidupan yang dialami sebagian warganya. Di daerah itu, selain masih ditemukan ratusan penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, puluhan masyarakatnya juga hidup dalam pemasungan.
“Hingga akhir tahun 2018 lalu, tercatat 242 orang penduduk Buteng yang diidentifikasi sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Dari jumlah itu, 32 diantaranya terpaksa dipasung oleh keluarganya,” kata PLT Kepala Dinas Kesehatan Buteng, Kasman, saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Ditempat yang sama, Ziada Kepala seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa, Dinas Kesehatan Buton Tengah menambahkan, puluhan penduduk Buteng yang hidup dalam pemasungan hampir rata-rata berusia dewasa. Mereka dipasung sudah bertahun-tahun oleh pihak keluarga.
Ada yang dipasung pakai balok kayu, dan ada juga yang dirantai. Tempat pemasungan 32 warga Buteng yang diidentifikasi ODGJ ini dilakukan disekitar rumah keluarganya. Bahkan mereka, dibuatkan ruang atau kamar khusus. “Rata-rata di kurung dan dibuatkan satu kamar tersendiri. Di dalam kamar tersebut, sudah menjadi tempat tidur dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus),” tambah Ziada.
Baik Kasman maupun Ziada mengatakan bahwa, pihak keluarga terpaksa melakukan pemasungan karena mereka merasa khawatir bisa mencederai orang lain, diri sendiri maupun keluarga jika dibiarkan bebas berkeliaran. “Jadi mereka ragu akan terjadi resiko yang tidak diinginkan. Makanya dilakukan pemasungan,” sambung Kasman.
Meski masih banyak penduduk Buteng yang diidentifikasi ODGJ dan hidup dalam pemasungan, namun Kadis Kesehatan Buteng ini berupaya maksimal untuk melakukan antisipasi. Salah satu yang akan dilakukan adalah, akan mengupayakan jaminan kesehatan berupa BPSJ kepada penduduk yang dipasung itu. Selain itu, mereka yang mengalami gangguan jiwa berat ini, juga diminta untuk rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan.
“Merawat ODGJ ini, harus ada perlakuan berbeda dengan keluarga lain, selain itu masyarakatnya juga harus merima dengan baik keberadaanya,” ungkap Kasman
Penulis : Adhi