DPR Restui Jenderal Kelahiran Kendari Jadi Kapolri
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) patut berbangga. Idham Azis, pria kelahiran Kendari ini, berhasil mendapatkan restu DPR RI untuk mengemban amanah sebagai Kapolri.
Dengan demikian, begitu Idham menjabat sebagai Kapolri, ia akan menyandang pangkat jenderal dengan bintang empat di pundak. Saat ini, Idham masih menyandang pangkat Komjen dengan bintang tiga di pundak.
“Semua fraksi memutuskan aklamasi, aklamasi untuk menyetujui Komjen Idham Aziz menjadi Kapolri,” ujar Ketua Komisi III DPR RI, Herman Herry di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu, (29/10/2019).
Idham memang calon tunggal yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke DPR RI untuk menggantikan Tito Karnavian yang dipercaya menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Namun, terpilihnya Idham Azis dipastikan bukan atas tameng Presiden. Melainkan karena integritasnya yang sudah diuji melalui serangkaian fit and proper test atau uji kelayakan oleh Anggota Komisi III DPR RI.
Dalam fit and proper test, alumni SMA 1 Kendari ini, memang tak menjabarkan visi dan misi. Idham Azis berpegang teguh pada arahan Presiden Jokowi yang meminta agar seluruh lembaga pemerintahan mengikuti visi-misi Presiden.
Kendati begitu, Idham Azis menyampaikan konsep serta pemikiran terkait dengan program penguatan Polri menuju Indonesia Maju. Program-program prioritas Polri didasari atas perkembangan lingkungan strategis baik global, regional, nasional dan berdasarkan tuntutan rakyat.
Idham bilang menyukseskan program pembangunan nasional, mengamankan agenda nasional tahun 2020-2021, menangani kejahatan yang menonjol dan menjadi perhatian publik, meningkatkan kualitas SDM, dan menjaga postur kelembagaan dan pengawasan akan menjadi perhatiannya ketika pimpinan paling tinggi di Kepolisian RI.
Dalam kesempatan tersebut, Idham juga menjabarkan tujuh program prioritas yang akan dieksekusi, jika dipercaya menjabat sebagai Kapolri. Tujuh program prioritas itu antara lain, mewujudkan SDM yang unggul, memantapkan HARKAMTIBMAS, menguatkan penegakan hukum yang profesional dan berkeadilan dan memantapkan manajemen media.
Menurut Idham, tujuh program tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini disusun dengan mempertimbangkan keberlanjutan program Polri sebelumnya, serta memperhatikan sisa masa jabatan Kapolri yang tinggal 14 bulan lagi.
Profil Idham Azis:
Dilansir dari berbagai sumber, Idham Azis menuntaskan pendidikan mulai dari SD di Kampung Salo, lalu di SMP 2 dan SMA 1 Kendari. la lalu mencoba ikut seleksi Akpol tapi belum beruntung. Sembari menunggu seleksi tahun berikutnya, Idham muda mendaftarkan diri jadi mahasiswa di Unhalu-kini UHO-di Fakultas Pertanian. Tahun berikutnya, ia tes kembali dan lagi-lagi gagal. Tapi Idham tetap menyimpan impiannya itu. Sampai kali ketiga tahun 1988 ia pun lulus.
Anak dari Tuti Pertiwi dan H Abdul Azis Halik itu, memulai karirnya sebagai Pamapta di Polres Bandung. Dia menduduki beberapa jabatan di Polres Bandung hingga 1999 hingga akhirnya dimutasi sebagai Kanit di Ditreskrimum Polda Metro Jaya dengan pangkat mayor atau kompol.
Sejak itu, Idham beberapa kali menduduki jabatan di bidang reserse. Pada September 2004, Idham sempat menduduki jabatan Wakapolres Metro Jakarta Barat (Jakbar) selama sebulan sebelum akhirnya dimutasi menjadi Inspektur Bidang Operasi di Polda Sulawesi Tengah (Sulteng).
Pada Juni 2005, suami dari Fitri Handari itu memulai karirnya di Densus 88 Anti-teror dengan jabatan sebagai Kanit Pemeriksaan Subden Investigasi. Idham bersama Tito Karnavian yang kala itu sama-sama masih berpangkat AKBP berhasil melumpuhkan otak bom Bali Dr Azahari pada 9 November 2005. Sehari setelahnya, Idham diperintahkan ke Poso mendampingi Tito menuntaskan kasus mutilasi tiga gadis Kristen.
Setelah menduduki sejumlah jabatan di Densus 88 Anti-teror, Idham kemudian dimutasi sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat pada akhir 2008. Setahun kemudian digeser menjadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya (PMJ).
Pada September 2010, Idham didapuk menjadi Wakil Kepala Densus 88 Anti-teror Polri mendampingi Tito. Jabatan itu diemban selama sekitar 2,5 tahun hingga akhirnya dimutasi menjadi Dirtipikor Bareskrim Polri sekaligus mendapat promosi pangkat menjadi Brigjen atau jenderal bintang satu.
Kemampuannya di bidang terorisme membuat Idham dipercaya sebagai Kapolda Sulteng pada Oktober 2014. Dimana Sulteng saat itu merupakan wilayah yang rawan dengan kelompok sipil bersenjata.
Dia kemudian ditarik kembali ke Mabes Polri dengan menjabat sebagai Inspektur Wilayah II Itwasum Polri pada Februari 2016. Belum setahun, dia kemudian dipromosikan sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri pada September 2016 sekaligus naik pangkat menjadi Irjen.
Setahun kemudian dia dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan M Iriawan. Kini dia ditunjuk sebagai Kabareskrim Polri menggantikan Komjen Arief Sulistyanto yang dimutasi menjadi Kalemdiklat Polri.
Selain sukses menangani kasus bom Bali II dan mutilasi tiga siswi di Poso, Idham juga terlibat dalam operasi-operasi skala besar. Seperti Operasi Anti-Teror Bareskrim Polri di Poso (2005-2007), Operasi Camar Maleo (2014-2016), dan Operasi Tinombala (2016).