Mengeluh, Warga Lagadi akan Dipolisikan oleh Plt Kades
MUNABARAT, LENTERASULTRA.COM- Masyarakat di Desa Lagadi sering kali mengeluhkan tentang rusaknya mesin air yang ada di Mata Air Lamoeyo. Sayang, bukannya ditanggapi secara positif, mereka malah diancam akan dilaporkan kepada Polisi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desanya sendiri. Plt Kades Lagadi adalah Alwi.
“Sudah berapa kali kita mengeluhkan ini mesin air, tapi tidak pernah ditanggapi. Bahkan Kades ini mengancam kita, mau lapor polisi,” tutur Dalil selaku warga setemlat saat ditemui wartawan Lenterasultra.com, Rabu, (9/1/2019).
Menurut Dalil, mesin tersebut sudah dua bulan rusak, dan tidak segera diperbaiki. Akibatnya, masyarakat kesulitan memperoleh air untuk digunakan keperluan sehari-hari. Padahal masyarakat rutin membayar iuran air.
“Iuran tersebut langsung diberikan ke Pemerintah Desa,” imbuh Dalil.
Buntut dari permasalahan tersebut, masyarakat akhirnya menyegel Balai Pertemuan Desa Lagadi, Selasa,(08/02/2019) kemarin. Masyarak
Lanjut Dalil, aksi itu sebenarnya sekaligus mengungkapkan kekecewaan masyarakat atas ketidak konsistenan Plt Kades yang baru dilantik tanggal 03 Oktober 2018 lalu itu. Yang mana sebelumnya, Alwi mengatakan bahwa kalau ada kendala pada mesin air yang berada di mata air Lamoeyo itu, pihaknya akan bertanggungjawab.
Ditemui secara terpisah, Plt Kades Lagadi, Alwi mengatakan bahwa persoalan rusaknya mesin air di Mata Air Lamoeyo ini bukan hal yang baru. Menurutnya baru sekitar dua minggu menjabat, ia dimint untuk memperbaiki mesin air ini. Karena anggaran tak tersedia, ia sampai harus mengeluarkan uang pribadi.
“Sudah tiga kali itu mesin air Lamoeyo saya perbaiki. Semua menggunakan uang pribadiku. Saya selalu upayakan agar mata air di Lamoeyo tetap jalan,” kata Alwi.
Makanya, lanjut Alwi, kerusakan yang kembali terjadi sekarang ini harus dibicarakan kembali. Pasalnya, biaya untuk memperbaiki mesin yang rusak itu mencapai Rp 27 juta. Sementara iuran dari masyarakat tidak bisa mencukupi. Ditambah lagi, Kas di Desa sudah tidak ada.
“Kalau harga kerusakannya hanya sekitar Rp 5 juta, saya masih bisa tanggulangi lagi. Saya juga sudah sampaikan sama masyarakat. Itu mesin kerusakannya Rp 27 juta, belum lagi ongkos kirimnya Rp 60.000/Kg. Sementara beratnya mesin itu sekitar 300 Kg. Kita tagikan saja Rp 15.000 di masyarakat untuk menutupi rekening listrik air sudah setengah mati, banyak yang mengeluh. Apalagi mau tagihkan untuk kerusakan mesin ini,” papar Alwi.
Atas dasar itu, Alwi, untuk menanggulangi kerusakan mesin yang dikeluhkan warga ini, ia lebih memilih menunggu cairnya Anggaran Dana Desa 2019.
“Nanti kalau sudah turun anggaran 2019 saya akan adakan rapat melalui usulan masyarakat. Kira-kira kita mau apakan mata air ini. Yang jelasnya saya kembalikan kepada masyarakat semua. Yang pastinya untuk kerusakan mesin sekarang saya tidak bisa tanggulangi lagi,” pungkasnya.