BI: Sayur-sayuran dan Ikan Segar Dorong Deflasi Di Sultra
KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Selama September 2018, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali mencatatkan deflasi. Namun dengan level yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,65 persem (mtm) jika dibandingkan dengan deflasi bulan sebelumnya sebesar 1,62 persen (mtm). Data itu sesuai dengan data yang dicatat Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sultra.
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPwBI Sultra, Surya Alamsyah menjelaskan deflasi disebabkan oleh berlanjutnya penurunan harga pada kelompok bahan makanan utamanya ikan segar dan sayur-sayuran.
“Secara spasial, Kota Kendari dan Kota Baubau mencatatkan deflasi masing-masing sebesar 0,54 persen (mtm) dan 0,96 persen (mtm). Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sultra tercatat sebesar 1,40 persen (yoy) dengan inflasi tahunan untuk Kota Kendari sebesar 1,70 persen (yoy) dan Kota Baubau sebesar 0,61 persen (yoy),” jelasnya.
Selain itu, perkembangan harga di bumi anoa ini searah dengan perkembangan nasional yang pada September 2018, yang juga mencatatkan deflasi yakni sebesar 0,18 persen (mtm). Sehingga secara tahunan inflasi tercatat sebesar 2,88 persen (yoy). Capaian inflasi tersebut masih berada dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan tahun ini sebesar 3,5 ± 1 persen.
“Hal ini dsebabkan deflasi yang terjadi terutama didorong oleh penurunan tekanan harga pada kelompok bahan makanan,” beber Surya.
Bukan hanya itu, katanya, cuaca yang kondusif menjadi faktor utama yang melatarbelakangi penurunan harga pada kelompok bahan makanan, terutama komoditas ikan segar dan sayur-sayuran. Komoditas ikan tercatat mengalami deflasi sebesar 3,05 persen (mtm), dipicu oleh penurunan harga pada beberapa jenis ikan. Diantaranya ikan kembung, ikan cakalang, ikan bandeng, dan ikan rambeng.
“Sedangkan penurunan harga lebih dalam terjadi pada komoditas sayur-sayuran yang tercatat mengalami deflasi sebesar 10,07 persen (mtm). Komoditas sayur-sayuran mengalami deflasi yang cukup dalam, terutama tomat sayur, kacang panjang dan bayam,” sebutnya.
Meskipun demikian, deflasi pada kelompok bahan makanan tersebut sedikit tertahan dengan inflasi yang terjadi pada beberapa komoditas seperti ikan layang, dan terong panjang. Sehingga meskipun Sultra mengalami deflasi, namun capaian tersebut tertahan oleh inflasi yang terjadi pada enam kelompok komoditas selain makanan. Utamanya, pada kelompok kesehatan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
“Peningkatan harga yang terjadi pada tarif rumah sakit 11,09 persen (mtm) dan obat dengan resep 0,91 persen (mtm) menjadi faktor yang mendorong terjadinya inflasi pada kelompok tersebut,” tandas Surya. (Febry)