Festival Liangkobori Diundur Hingga Maret
LENTERASULTRA.com-Festival Liangkobori di Kabupaten Muna sedianya bakal berlangsung medio Februari ini. Sejumlah sarana dan prasarana yang ada pun telah siap. Hanya saja, agenda ini mengalami pergeseran. Dinas Pariwisata Provinsi Sultra menetapkan agendanya dilaksanakan Maret. Sementara, festival layang-layang diagendakan pada Juli mendatang.
Kendati demikian, masyarakat Muna tak boleh ragu. Sejumlah kegiatan bakal dipertontonkan diacara istimewa tersebut. Bupati Muna LM Rusman Emba telah mendesain, sejumlah pertunjukkan di wilayah perbukitan ini. Tari kolasal “Ewa Wuna” menjadi suguhan masyarakat, sebagai identitas peradaban di Bumi Sowite.
Selain itu, terbaru, lomba ekstrim rock climbing. Dipastikan, bakal berlangsung meriah, apalagi bagi kalangan pecinta panjat tebing. Festival dengan menghadirkan, tamu dari Kementrian ini, sasarannya, melalui Festival Liangkobori, Pemkab bukan saja menonjolkan benteng, melainkan memperkenalkan gunung karst. Termasuk, pertunjukkan perkelahian kuda.
Dengan begitu, ke depannya, Gua Liangkobori bisa masuk kawasan cagar budaya nasional. Artinya, bukan saja, menjadi konsumsi serta milik pemerintah setempat saja, tetapi menjadi milik nasional.
“Kemungkinan pertengahan bulan tiga. Karena penetapan jadwal dari provinsi itu Maret,” jelas Bupati Muna LM Rusman Emba melalui Amiruddin Ako, Humas Pemkab Muna, di ruang kerjanya, Selasa (13/2).
Langkah strategis yang dicanangkan Pemkab, dengan adanya festival, juga mengusulkan Liangkobori menjadi kawasan geopark nasional. Sebab, disana punya potensi. Selain, unsur keunikan alamnya, kata Amiruddin, juga unsur budayanya.
Makanya, Liangkobori ini, memenuhi unsur keduanya. Jika dalam perjalanannya berhasil, maka keuntungannya, Liangkobori menjadi cagar budaya nasional. Dengan begitu, sudah pasti anggaran kementerian digelontorkan di Muna.
“Makanya kita itu ambil langkah-langkah. Sejauh ini, dua unsur itu masih terjaga. Kalau tidak kan, sudah pasti hilang,” katanya menegaskan, agar pemerintah tahu, bahwa kawasan karst kalau tidak dijaga bakalan hilang.
Kabar menarik, Liangkobori bukan saja meninggalkan cerita manis. Saat Rusman Emba menjadi Muna-1, Liangkobori telah ditetapkan sebagai kawasan budaya. Makanya, untuk dinasionalisasikan, maka dimulai dari festival itu sendiri. “Endingnya disitu,” pungkas mantan Sekcam Kontunaga ini.(ery)