Bharugano ; Peradaban Agung Tanah Wuna yang Lahir Kembali
LENTERASULTRA.com-Dimasa silam, sekira 700 tahun lalu, Kerajaan Muna cukup disegani di Nusantara. Berpusat di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Tongkuno, banyak jejak peradaban yang ditinggalkan di sebuah wilayah yang oleh warga lokal disebut “Kampung Lama”.
Zaman berkembang pesat. Jejak agung budaya tanah Muna perlahan digerus era baru. Tak ada lagi generasi terkini dari wilayah itu yang pernah menyaksikan, setidaknya bagaimana model rumah adat Muna, yang penuh dengan filosofi kehidupan sekaligus mencitrakan hubungan manusia dengan manusia yang ideal.
Keprihatinan itulah yang diusung Rusman Emba, Bupati Muna saat menggagas pembangunan sebuah rumah adat di tengah Kota Raha. “Saya ingin menjaga agungnya peradaban Tanah Wuna dimasa lalu. Supaya generasi muda bisa belajar bahwa daerah kita ini memiliki peradaban adi luhung,” kata Rusman Emba, kepada lenterasultra.com, ketika memantau proses pembangunan rumah adat, tiga pekan silam.
Dan impiannya itu benar-benar sukses ia wujudkan. Tak sampai dua bulan, bangunan megah itu kini sudah berdiri. Rumah adat yang kemudian disebut “Bharugano” itu, diresmikan. Plt Gubernur Sultra, Saleh Lasata hadiri dan bangga bisa melihat impiannya yang ia rajut saat masih jadi Bupati Muna, kini benar-benar jadi kenyataan di era Rusman Emba.
Kepada lenterasultra.com, Rusman menyampaikan bahwa bangunan itu adalah miniatur kejayaan kultur Muna. Ditopang 99 tiang, seperti jumlah Asmaul Husna, banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dipelajari dari Bharugano, dalam bahasa Muna berarti diri manusia.
“Ini tak menggunakan APBD, kita mengandalkan kreativitas dan sedikit inovasi. Banyak teman-teman yang berpartisipasi karena punya motivasi sama yakni merindukan lahirnya kembali peradaban agung Tanah Wuna, agar bisa dilihat generasi saat ini,” jelas mantan Ketua DPRD Sultra itu.
Kemarin, saat peresmian bangunan megah yang terletak di By Pass Raha, Rusman bercerita, selain ditopang 99 kayu jati berkelas, rumah itu juga punya sekat-sekat termasuk ruang tamu untuk pertemuan yang dulu digunakan para tetua adat membahas masalah daerah.
“Ada juga teras yang disebut Taambi. Biasanya digunakan untuk tetamu untung ngobrol ringan. Di masa lalu, jika ada tamu yang datang di rumah, dan di dalam rumah ada anak gadis, biasanya dari tirai jendela, si gadis akan melihat yang datang, ganteng atau tidak. Perjodohan biasanya dimulai dari Tambi,” kata Rusman, saat memberi sambutan singkatnya.
Bharugano memang pantas disebut minatur maha agungnya peradaban Bumi Sowite. Rangka bangunannya sepenuhnya dari kayu jati, yang memang identik dengan Muna. Sentuhan arsitekturnya pun benar-benar diperoleh dari hasil riset bagaimana bentuk rumah adat Muna di masa lalu.
Informasi yang diperoleh menyebut, beberapa pemimpin atau Raja Muna di masa lampau sempat membangun rumah adat, namun semuanya tak terawat hingga dimakan oleh waktu pada akhirnya rusak. Nantilah di era Rusman Emba, kebesaran kejayaan Muna dikembalikan.(alim)