Asrun yang Selalu Bersama PKS
LENTERASULTRA.com-Koalisi gemuk di kubu Asrun-Hugua agaknya memang sulit dibendung. Setelah mengantongi SK sebagai Calon Gubernur/Calon Wakil Gubernur dari DPP PAN, plus restu dari DPP PDIP, kekuatan pasangan ini bertambah lagi. PKS secara resmi menyodorkan SK-nya.
Itu berarti, saat ini koalisi Asrun-Hugua, sudah mengantongi setidaknya 19 kursi di DPRD Sultra, dengan rincian, 9 kursi PAN, 5 kursi PDIP dan 5 kursi PKS. “Masih akan bertambah, Insya Allah,” kata Sekretaris PAN Sultra, Adriatma Dwi Putra, dua hari lalu.
Selasa (31/10) di Jakarta, secara resmi SK DPP PKS juga sudah diserahkan oleh Ketua Lajnah Pemenangan Wilayah Sulawesi, Dwi Triono di Markas Dakwah PKS, di Jakarta. Penyerahan itu diterima langsung calon gubernur Sultra, Asrun.
“Sudah berbentuk SK. Pasangan Asrun-Hugua,” kata La ode Muh Dasnah, Sekretaris Umum DPW PKS Sultra, tadi pagi. Katanya, pilihan jatuh ke Asrun setelah melalui berbagai proses seleksi setelah beberapa kandidat ikut melamar di PKS.
“Banyak variabel hingga kami memutuskan memilih Asrun-Hugua. Salah satunya elektabilitas dan komunikasinya memang lebih intens,” kata Dasnah. PKS menilai, pasangan inilah yang paling potensial memenangkan Pilgub Sultra 2018 mendatang.
Dasnah menambahkan, penyerahan SK itu juga disaksikan jajaran DPW PKS Sultra, termasuk Presiden PKS, Sohibul Umam. “Dengan keluarnya SK ini, semua kader PKS di daerah wajib bekerja memenangkan pasangan ini,” tandasnya.
PKS jatuh ke tangan Asrun memang sudah bisa ditebak sejak awal. Pengamat politik Sultra, Prof Eka Suaib sudah memprediksi hal itu sejak jauh-jauh hari. Riwayat kedekatan Asrun dan PKS selama bertahun-tahun, adalah rujukannya. “Kedua pihak memang mesra sejak lama,” katanya.
PKS memang selalu menjadi bagian dari perjalanan sukses politik Asrun. Meski ia berbendera PAN, tapi mantan Walikota Kendari selalu bisa menaklukan hati PKS untuk bersamanya.
Misalnya, saat ia maju di Pilwali Kota Kendari tahun 2007 lalu. Selain didukung PKS, ia juga menggandeng kadernya, Musaddar Mapasomba sebagai wakil. Itu kembali terulang di Pilwali 2013.
PKS yang sudah semakin besar dan disegani di konstalasi politik lokal dan nasional, belum ingin berpaling hati membangun poros sendiri. Lagi-lagi, selain menyerahkan dukungan Parpol, Musaddar Mapasomba tetap “dihibahkan” untuk mendampingi Asrun.
Kerekatan hubungan keduanya sempat diuji di Pilwali 2017 lalu. Diawal-awal, banyak suara internal PKS yang meminta partai itu punya calon sendiri. Musaddar digadang untuk posisi itu.
Tapi faktanya, PKS lagi-lagi berpaket dengan PAN. Adriatma Dwi Putra (ADP) disandingkan dengan kader PKS, Sulkarnain. Keduanya secara mutlak memenangkan Pilwali. Di ujung cerita, Musaddar pun bahkan mendukung full pasangan ADP-Sul.
Bisa jadi, nostalgia kemenengan yang direngkuh Asrun dan PAN, bersama PKS, hendak diulang lagi di Pilgub Sultra 2018. Meski lawan tanding sudah berbeda, tapi tentu strategi Asrun-PKS juga pastilah dimodivikasi kembali. Yang pasti, Asrun dan PKS selalu bersama.
“Saya lumayan dekat dengan Presiden PKS. Tapi saya tidak pernah menggunakan kedekatan itu untuk langsung ke DPP kalau urusan begini. Komunikasi dan penghargaan terhadap pengurus di daerah lebih saya utamakan. Biar mereka yang proses sampai ke pusat,” buka Asrun, suatu ketika kepada lenterasultra.com, soal hubungan baiknya dengan PKS.(***)
Penulis : Abdi Mahatma