Penolakan Ali Mazi di Golkar Dipicu Seteru Masa Lalu
LENTERASULTRA.com-Dinamika di tubuh Partai Golkar Sultra akibat munculnya rekomendasi untuk Ali Mazi sebagai Calon Gubernur, kian tinggi konstalasinya. Kader-kader Golkar di Sultra, mayoritas menolak nama yang bersangkutan karena muncul tanpa mekanisme resmi, hanya di putuskan sepihak DPP Golkar.
Pengamat politik Sultra, Prof Eka Suaib punya pandangan menarik soal ini. Kata dia situasi ini terjadi karena Ridwan Bae, sebagai Ketua Golkar memilih mundur dari bursa Cagub. “Akhirnya muncul faksi di tubuh Golkar,” kata Prof Eka, Kamis (12/10) sore kemarin.
Secara psikologis, penolakan kader-kader di Sultra terhadap Ali Mazi muncul dipicu peristiwa masa lalu, ketika Ali Mazi dan Ridwan berseteru soal Partai Golkar. “Ini yang tidak klir komunikasinya. Akhirnya sekarang muncul lagi bibit seteru itu,” begitu doktor ilmu politik ini memberi analisanya.
Kata Eka, jika seteru ini tidak terselesaikan dengan baik, maka bukan tidak mungkin siklus 10 tahun lalu itu berulang. Kala itu, Ali Mazi yang diusung Golkar, tidak bisa merangkul semua potensi kader.
“Saya kira, semua orang tahu apa yang terjadi 10 tahun lalu. Bagaimana sikap politik Pak Ridwan kala itu di Muna, saat ia jadi Bupati. Bukan Golkar yang menang Pilgub di Muna,” beber Eka.
Pengajar di UHO ini menilai, Ali Mazi harusnya juga bisa membaca ini sebagai sebuah signal. Sehingga bagaimanapun ia harus bisa membangun komunikasi juga dengan kader-kader Golkar di daerah.
“Tapi yang sulit posisinya sekarang ini menurut saya adalah Pak Ridwan,” tambahnya. Di satu sisi, ia harus patuh terhadap putusan DPP, jika memang akhirnya Ali Mazi yang diusung.
Di sisi lain, lanjut Eka, Ridwan juga harus bisa mengakomodir hasil Rapimda Golkar yang hanya mengusulkan tiga nama saja. “Semua kuncinya ada di Pak Ridwan. Bagaimana ia berkomunikasi dengan semua pihak di Golkar,” tandasnya.
Menurut Eka, posisi Ridwan memang rumit karena Pilgub berhimpitan dengan Pemilu. Tentu saja, mantan Bupati Muna itu harus menjaga kepentingan besarnya jika ingin maju di Pilcaleg karena semua DPP yang menentukan.
Sebagai partai besar, Golkar wajar jika punya dinamika tinggi. Nah, kandidat yang diusul nanti benar-benar harus sesuai dengan ideologi partai, bisa mengakomodir kepentingan semua di partai.
“Kalau ini bisa disinergikan, Ali Mazi bisa diterima. Tapi semua tergantung Pak Ridwan. Dia yang memainkan kunci semua ini. Ini kan karena Pak Ridwan tidak maju. Perahu jadi terombang-ambing, penumpang jadi resah,” pungkas mantan anggota KPU Sultra ini.
Apa yang terjadi 10 tahun lalu? lenterasultra.com akan segera menurunkan laporan soal itu dalam waktu tak lama lagi..!(abdi)