Kisah Neneng, Setahun Lebih Serumah dengan Jasad Anak dan Suami
Neneng Khotijah memilih tak menguburkan anak dan suaminya yang meninggal dunia. Ia percaya dua orang yang ia cintai itu akan hidup lagi. Bila warga bertanya soal bau, disebutnya itu bangkai tikus
LENTERASULTRA.com-Kisah yang nyaris tak bisa dinalari ini terjadi di Gang Nusa Indah VI, RT 07/RW 17 Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Di sebuah rumah di gang itu, ada dua jasad yang sudah jadi tulang belulang, tapi tak pernah dikuburkan.
Mereka adalah Hera Sri Herawati (50), yang semasa hidup dikenal sebagai seorang guru Taman Kanak kanak (TK). Ia meninggal tanpa ada yang tahu, dan tak dikuburkan. Ayahnya, Nanung Sobana (84), juga tak diketahui persis kapan meninggal. Pria yang sehari hari bekerja di bengkel bubut itu juga akan mengalami kondisi yang sama, meninggal tapi tak dikubur.
Semua “kegilaan” itu dilakukan oleh Nunung Khotijah, istri Nanung yang juga ibu dari Hera. Perempuan berusia 76 tahun itu memilih menyimpan mayat suami dan anaknya hingga menjadi kerangka tengkorak.
”Terakhir saya ketemu pak Nanung saat acara aqikahan di rumah saudara saya. Kira kira satu tahun yang lalu,” ujar Maswah (45) salah seorang tetangga dari keluarga itu.
Rata-rata warga memang tidak menyangka, keduanya sudah meninggal dalam kondisi tak wajar. Terlebih, warga mengetahui jika keluarga tersebut ramah pada hampir semua warga. Keramahan itu, seingat Maswah, terjadi setahun lalu dan berubah menjadi sangat tertutup. Itu tak lama setelah Nanung menghilang.
”Saat berpapasan saya nanyain pak Nanung ke bu Neneng. Dia menjawab kalau suaminya dibawa saudaranya ke Serang Banten,” ujarnya, seperti dikutip dari jabarekspres.com.
Tari Lestari, 50, salah seorang warga setempat menuturkan, Neneng dan keluarganya tinggal di rumah tersebut sejak sekitar 20 tahun silam. Neneng dulunya merupakan seorang guru TK yang sangat aktif bergaul dengan tetangga.
Namun, setelah itu, gelagat keluarga tersebut, termasuk Neneng dan ketiga anaknya tampak aneh. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir ini, Neneng semakin menutup diri dari warga setempat.
Kecurigaan warga semakin menjadi tatkala bau bangkai tercium dari dalam rumah milik Neneng. Tapi, Neneng selalu mengelak bahwa bau itu merupakan bangkai tikus. ”Kadang ilang baunya, besoknya ada lagi. Warga sering lihat bu Neneng membawa bungkusan plastik. Katanya bangkai tikus. Sering kaya gitu,” ucap Tari.
Dan alangkah terkejutnya warga, ketika tahu selama ini Nanung tidak pernah pergi ke Serang, tapi sudah jadi tulang belulang bersama anaknya: Hera. Itu diketahui setelah petugas Puskesmas Melong Zacki Rahman datang ke rumah itu. Zacki mendapat tugas dari Dinkes Kota Cimahi untuk mendata warga-warga lanjut usia di Kota Cimahi.
Maka, dia ketika Neneng bersikeras tak mau didata, Zacki merasa curiga. Didorong menjalankan tugas, Zacki tak patah arang. Dia selang sejam berada di depan rumah terus berusaha membujuk. Dan berhasil. Itu pun setelah mendatangkan dokter puskesmas, ketua RT hingga RW setempat agar bisa masuk.
Zacki mengatakan, upaya tersebut akhirnya berhasil membujuk Neneng untuk mau keluar dari rumah. Lalu dirinya bersama ketua RT dan RW masuk ke dalam rumah untuk mencari tahu alasan mereka dilarang masuk.
”Saat kami masuk, kami kaget. Adanya tulang belulang dengan posisi terlentang yang ditutupi sehelai kain sarung,” katanya sambil menambahkan, di rumah tersebut selain ada dua jasad mayat juga ada dua anaknya yang lain.
Menyikapi kondisi itu, Kapolsek Cimahi Selatan AKP Sutarman masih terus menggali keterangan. Berdasarkan keterangan Neneng, beberapa tahun sebelumnya atau sekitar tahun 2015, Neneng dan anaknya Hera melakukan salat tahajud selama 40 malam tanpa terputus. Dan setelah itu, kata dia, Hera mendapat petunjuk berupa bisikan gaib.
”Dari bisikan itu, Hera meminta kepada kedua orangtuanya agar jika dirinya meninggal, mayatnya tidak dikuburkan. Dari bisikan itu dia menyimpulkan, dia akan hidup kembali untuk menjalankan kehidupan kedua (reinkarnasi, Red),” terang Sutarman di Mapolsek Cimahi Selatan, Rabu (31/1).
Beberapa bulan setelah itu atau pada Januari 2016, lanjut Sutarman, Hera meninggal. Karena Hera sudah berwasiat untuk tidak dikuburkan, maka Neneng bersama suaminya Nanung membiarkan anaknya tersebut tetap disemayamkan di rumahnya.
”Jasad Hera dibiarkan tetap terkujur di atas ranjang dengan harapan akan hidup kembali,” imbuhnya. Setelah hampir setahun menunggu, Nanung putus harapan. Anaknya yang paling dia sayangi tak kunjung hidup. ”Tak lama dari itu, Nanung meninggal dalam keadaan duduk di depan jasad Hera,” paparnya.
Berdasarkan keterangan Neneng juga, kata Sutarman, Neneng akhirnya memutuskan untuk tidak menguburkan jasad suaminya seperti jasad Hera. Bahkan Neneng tetap mengurus kedua jasad tersebut di dalam rumahnya.
”Tiap hari Neneng membersihkan dua jasad tersebut dengan cara mengelapnya. Tiga hari sekali selimut yang menutupi kedua jasad tersebut selalu diganti dengan yang bersih,” bebernya.
Sutarman menambahkan, dari rumah tersebut, pihaknya mengamankan barang bukti satu baki sesaji dengan dua keris yang satu diberi sarung kain putih, jam tangan, rokok tembakau, rokok daun kawung, rokok filter lima batang dan batu akik serta tasbih.
Diketahui ternyata barang-barang tersebut adalah barang yang sering digunakan anak pertama Neneng, bernama Deni untuk latihan kebatinan. ”Latihannya di rumah itu. Rutin sebelum Hera meninggal. Menurut ibu Neneng keris tersebut merupakan pusaka dari mertuanya,” urainya.
Terkait perkembangan penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian, Sutarman menuturkan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap para saksi dan warga masyarakat setempat dan termasuk orang yang pertama menemukan.
Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah melakukan memeriksa terhadap saksi korban dan saudaranya bernama Lili. Lili diketahui merupakan ipar dari Neneng. Dia tinggal tak jauh dari lokasi kejadian. ”Sebenarnya Lili beserta istrinya tahu soal jasad itu, tapi mereka tidak berani memberitahu kepada warga. Tapi tidak ada ancaman,” tuturnya.
Dari keterangan para saksi, semua mengatakan hal yang sama bahwa kematian Hera dan Nanung wajar bukan karena tindak kekerasan. ”Perkembangan terakhir anak bu Neneng yang bernama Deni dan Erna keduanya sedang ditangani di RSJ untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan,” jelasnya.(zie/jabarekspres.com)