Rosmawaty, Dosen UHO Pencipta Kasoami Dalam Kemasan
LENTERASULTRA.com-Kecintaan Rosmawaty terhadap Kasoami agak berlebihan. Saat keluar daerah, perempuan berjilbab ini tak sungkan membungkus makanan olahan singkong itu. Tapi ia terpaksa harus buru-buru menghabiskanya. Lewat dua hari, pasti sudah membatu.
“Tak bisa lagi dimakan, padahal kita masih mau,” kata perempuan yang sehari-hari mengajar di Universitas Halu Oleo (UHO) ini. Tetap saja, itu tak membuatnya kapok untuk selalu “mengajak” makanan favoritnya itu bila tugas di luar Sultra.
Lama kelamaan, ia bosan juga. Kebetulan, disiplin ilmunya adalah Agro Bisnis. Rosmawati pun memutar otak bagaimana caranya agar makanan khas dari Pulau Wakatobi itu bisa tahan lama. “Tidak bisa jadi ole-ole kalau tidak tahan lama, padahal makanan ini sangat istimewa,” kata perempuan bergelar Doktor ini mencoba melakukan penelitian hingga uji coba ketahanan kasuami itu hingga beberapa hari dari waktu biasanya.
Mulai ia melakukan percobaan demi percobaan agar menghasilkan Kasoami yang awet, setidaknya bisa lebih dari dua hari. Tentu diawali dengan meneliti senyawa dasar dari makanan yang dikukus itu. Rosmawaty melakukan eksperimen sejak Juni hingga November 2017.
Gagal, sudah pasti. Tapi ia tak menyerah, dan menganggap semua itu adalah tantangan. Penelitian itu yang menjadi fokus perempuan ini adalah cara memasak serta pemilihan bahan singkongnya, yang memang tidak boleh serampangan.
Uji coba selanjutnya pada kemasan. Rupanya, kemasan yang digunakan untuk menyimpannya butuh plastik berbahan khusus. Namun berkat kegigihannya akhirnya uji coba itu sukses dilakukan.
“Saat ini Kasoami bisa dibawa kemana saja dan bisa menjadi ole-ole khas Sultra, bisa bertahan lebih sepekan,” kata Rosmawaty saat ditemui, Selasa (12/12) lalu. Ia mengaku telah mendidik belasan ibu rumah tangga yang diharapkan nanti bisa mengembangkan Kasoami hingga bisa menjadi usaha sampingan bagi warga.
Kuliner kata Rosmawaty merupakan hal yang sangat diperlukan bagi wisatawan saat berkunjung di daerah. Selain biji mente yang sudah menjadi ole-ole khas Kendari, Kasoami ini pun bisa menjadi tambahan bagi para wisatawan saat berkunjung ke Bumi Anoa.
Sejak Juli 2017, perempuan ini telah membuat program Iptek bagi masyarakat atau (IBM) Kelompok Usaha Kasoami yang berpusat di Kota Kendari. IBM bertujuan untuk mengatasi masalah pendapatan yang mengalami fluktuatif disetiap bulannya pada kelompok usaha pemasarannya Kasoami, mencari solusi agar permintaan pasar stabil, meningkatkan produksi, pangsa pasar serta melahirkan manajemen yang baik.
“Secara umum target program untuk meningkatkan pendapatan pemasaran Kasoami dan pengolah ubi kayu melalui manajemen usaha kelompok untuk mendukung kemandirian keluarga,” ungkapnya. Untuk mengatasi permasalahan itu kata Rosmawaty dilakukan pendekatan Pelatihan Manajemen Usaha dan Praktek teknologi tepatguna.
Metode pendekatan yang akan digunakan dalam program tersebut diantaranya metode technology transfer. Model ini digunakan untuk membantu industri rumah tangga usaha kasoami dalam mengolah dan mengembangkan produksi melalui penerapan teknologi tepat guna yang mudah diperoleh, mudah dioperasionalkan dan murah sehingga dapat dijangkau dengan menerapkan cara produksi makanan yang baik atau CPMB.
Proses produksi Kasoami yang akan diberikan adalah teknik pengendalian mutu produk mulai dari pemilihan bahan baku sampai produk dan pengemasan. Sedangkan untuk mengatasi masalah nantinya dengan mengunakan metode Enterpreunership Capacity Building (ECB), yaitu membantu industri rumah usaha kasoami dalam membentuk jiwa wirausaha yang professional, baik dalam teknis maupun dalam pengelolaan manajemen.
Harapan dalam program IBM ini diantaranya manajemen usaha dan bimbingan teknis peningkatan mutu, perbaikan kemasan, pengadaan alat cetak atau kukus, peningkatan pengetahuan tentang pembuatan buku kas harian, persediaan barang dan laporan keuangan dan tersedianya buku kas harian dan persediaan barang.
Keinginan pada program pelatihan ini juga bisa berguna bagi semua pihak yang terkait dengan pengembangan usaha mikro khususnya usaha pengolahan ubi kayu yang dibuat untuk Kasuami.
“Kegiatan ini sangat mendapat respon positif dari masyarakat dilihat dari antusias mereka mengikuti kegiatan Iptek Bagi Masyarakat yang kami lakukan sehingga kedepan hasilnya mampu meningkatkan pendapatan mereka,” pungkas Rosmawaty.
Kasuami merupakan makanan unik dank has daerah Sulawesi Tenggara, khususnya daerah Buton, Muna dan Wakatobi. Kasuami umumnya berbentuk tumpeng berwarna putih kekuning-kuningan. Kasuami berbahan utama singkong dioleh dengan cara mengukus parutan singkong yang telah dimasukan kedalam cetakan berbentuk kerucut dan dimasak selama lebih 15 menit.(jojon)