Mereka yang Gagal Masuk Gelanggang Pilkada Bombana (2-Habis)
Selain lima orang-seperti yang ditulis di edisi pertama-ada nama-nama besar lainnya yang akhirnya gagal bertarung di Pilkada Bombana. Padahal nama mereka sangat mentereng, jejak rekam politik juga bukan kaleng-kaleng. Tapi tetap saja, itu tidak cukup meyakinkan para pimpinan partai politik di tingkat pusat untuk mengusung mereka, memberi jalan untuk tampil di Pilkada Bombana. Siapa saja mereka? Lenterasultra merangkumnya untuk Anda.
Arsyad
Siapa yang tidak kenal sosok politisi penuh talenta ini di Bombana. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua DPRD dan juga Ketua Partai Nasdem. Prestasinya di dunia politik tidak bisa diabaikan. Jadi anggota DPRD pertama kali di tahun 2014 dari Partai Nasdem, lalu lima tahun kemudian, tepat di 2019 ia kembali terpilih. Kali ini malah dengan lebih gemilang karena sebagai Ketua DPD Nasdem, ia mampu meningkatkan raihan kursi partainya dari hanya dua (2) di 2014, langsung jadi lima (5) di tahun 2019. Pemenang Pemilu 2019
Sebagai ganjarannya, ia berhak atas kursi Ketua DPRD Bombana. Ia menambah jam terbang pengabdiannya dengan mengambil kepercayaan sebagai Ketua KONI, dan membawa daerah itu meraih beberapa prestasi olahraga. Di Pemilu 2024 lalu, ia kembali terpilih menjadi anggota DPRD Bombana, meski partainya kehilangan satu kursi. Dengan modal sosial dan politik secemerlang itu, wajar jika Arsyad digadang jadi kandidat Bupati Bombana 2024.
Ikhtiarpun ia lakukan. Selain mengajukan diri lewat partainya sendiri, Arsyad juga mengikuti proses penjaringan di PKS. Namanya bahkan sempat menguat di internal DPP PKS. Ia sudah sempat menyampaikan kepada para pendukungnya dan juga publik Bombana, bahwa deklarasi pencalonannya bakal segera dilakukan. Lalu tiba-tiba semua perlahan meredup. Awal Agustus, saat partai-partai sudah mengerucutkan nama yang diusung, sosok Arsyad justru tak muncul.
Di PKS, ia gagal mendapatkan tiket. Di Nasdem, juga sejak awal seperti sangat berat mendapatkan restu Ali Mazi, Ketua DPW Nasdem Sultra dan tentu saja Surya Paloh, Ketua DPP Nasdem. Asa sempat terbuka kala MK memutuskan menurunkan standar pencalonan, cukup dengan 10 persen suara. Nasdem Bombana, dengan empat kursi bahkan tak perlu berkoalisi lagi. Sayangnya, itu juga gagal diraih. Nasdem pada akhirnya mengajukan nama lain, dan bukan kader terbaiknya. Arsyad, yang mengusung tagline “Anak Kampung” ini gagal masuk gelanggang.
Hj Sitti Saleha
Birokrat perempuan asal Bombana ini tidak perlu diragukan kompetensi dan kapasitasnya sebagai calon pemimpin. Saat ini ia masih menjabat sebagai Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Sultra. Ia juga pernah tercatat sebagai Pj Bupati Bombana di tahun 2017. Ada banyak karya yang sudah ia torehkan untuk daerahnya. Keluarga besarnya juga tersebar di beberapa kecamatan di Bombana. Secara elektoral ia pantas jadi calon pemimpin.
Proses sudah ia lalui. Mendaftarkan diri di Partai Nasdem dan PKS, termasuk membuka jalur komunikasi langsung ke DPP partai yang memiliki kursi di Bombana. Tapi pada akhirnya, tak satupun partai yang mengajukan namanya sebagai kandidat, baik sebagai calon kepala daerah maupun calon wakil kepala daerah. Ia juga gagal masuk gelanggang Pilkada tahun 2024. Sebagai putri asli Bombana, ia kecewa karena tidak memiliki kesempatan memimpin daerahnya dan mengaktualisasikan berbagai konsep kemajuan yang sudah ia susun.
Andi Firman
Jejaring politik pria muda ini juga tak perlu diragukan. Sosoknya yang friendly atau mudah bersahabat dengan semua orang, menjadikan namanya sangat populer di Bombana. Jejak politiknya pun tak main-main. Kursi Ketua DPRD Bombana di periode 2014-2019 perna ia duduki. lalu di periode 2019-2024, ia juga masih tercatat sebagai anggota DPRD dari Partai Amanat Nasional. Nantilah di Pemilu 2024, ia memilih tak mencalonkan diri.
Andi Firman kemudian fokus menyosialisasikan diri sebagai kandidat kepala daerah di Bombana. Alat peraga sosialisasi disebarnya, tim-tim kerja ia bentuk dan perburuan partai politik di lakukan. Partai Bulan Bintang (PBB), jadi salah satu targetnya termasuk di Partai Kebangkitan Bangsa yang memiliki empat kursi. Pria ini sangatlah percaya dan optimis bisa masuk gelanggang Pilkada Bombana 2024.
Sayangnya, seperti semua publik tahu, namanya politisi muda ini pada akhirnya harus keluar dari gelanggang. Meski di hari-hari akhir dibukanya pendaftaran di KPU, ia sempat optimis karena namanya sempat menguat di salah satu partai. Tapi pada akhirnya, partai tersebut memilih melabuhkan pilihan ke kandidat lainnya.
Andi Muhammad Khaekal
Politisi muda PDIP ini sempat sangat santer terdengar bakal tampil sebagai salah satu kontestan dan bakal jadi penantang serius kandidasi Pilkada 2024. Dengan latar belakang sebagai pengusaha, putra mantan Bupati Bombana, Atikkurahman ini langsung bekerja menyosialisasikan diri usai Pemilu 2024. Hampir setiap sudut ruang publik di Bombana, terpasang baliho besar bergambar dirinya dengan latar utama berwarna merah.
Relawan ia bentuk, tim kerja dibangun. Semua sangat terstruktur. Andi Muhammad Khaekal sangat yakin bakal diusung oleh partainya sendiri, PDIP. Modalnya, nilai elektroal yang tidak kecil sudah ia miliki. Popularitasnya juga lumayan tinggi. Ia juga berkomunikasi dengan partai lain, yang ia siapkan sebagai mitra koalisi. Proses ini ia jalani jauh sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) menurunkan standar pencalonan.
Sampai akhirnya, awal Agustus 2024, angin politik nampaknya tak berpihak padanya. Kecuali PDIP, semua partai politik sudah mengerucutkan dukungannya ke dua kandidat lain dan Khaekal tidak masuk radar partai-partai itu. Khaekal akhirnya memilih melepas impiannya untuk maju sebagai salah satu kandidat di Pilkada. Bahkan, saat MK sudah menurunkan standar pencalonan, PDIP tidak memilihnya. Khaekal, politisi penuh talenta dengan “persiapan” tarung yang memadai, gagal masuk gelanggang.
Selain nama-nama ini, sejumlah figur juga sempat memunculkan wajahnya di tepi jalan. Hanya saja, mereka seolah ikut meramaikan saja tanpa ada usaha lebih, mengikuti proses penjaringan di partai misalnya. Ada Andi Wawan Idris, Faisal Banong, Kasra Munara. Semuanya hanya jadi nama yang berakhir dibincangkan di kedai-kedai kopi, termasuk jadi percakapan dunia maya.(red)